GenPI.co - Pemerintah membatasi kuota pendaki ke Gunung Rinjani hanya 700 orang per hari.
Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, mengatakan pembatasan kuota pendakian ini demi menjaga keseimbangan ekologis kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).
"Gunung Rinjani berperan penting sebagai kawasan ekonomi konservasi. Untuk itu harus mengedepankan kelestarian dan keseimbangan ekologi," kata dia, dikutip Senin (19/5).
Raja Juli menegaskan pembatasan kuota pendaki tidak hanya berlaku untuk Taman Nasional Gunung Rinjani.
Namun demikian, pembatasan jumlah pendaki ini juga diterapkan di taman nasional lain di seluruh Indonesia.
Dia mengungkapkan kebijakan ini bukan untuk menghalangi keinginan para wisatawan dan mengurangi rezeki para pelaku wisata.
Namun demikian, pendaki yang terlalu banyak bisa mengganggu keberlanjutan ekologis dari berbagai ekosistem.
"Kami batasi untuk menjaga ekosistem dan ekologi yang ada, sehingga kecantikan alam Rinjani tetap terawat dan semakin cantik, sehingga semakin banyak yang berdatangan ke sini," tegas Juli.
Sebelumnya, sejumlah warga dan pelaku wisata yang tergabung dalam Asosiasi Tour Operator Senaru (ATOS) memprotes kebijakan Balai TNGR yang membatasi jumlah pendaki ke Gunung Rinjani, pada 8 April 2025 lalu.
Mereka meminta kuota pendaki dari maksimum 150 orang per hari per jalur menjadi tidak terbatas.
Hal ini untuk mengakomodasi lonjakan pendaki yang mendaftar melalui jalur pendakian Senaru di Lombok Utara.
Di sisi lain, masyarakat yang mengelola pintu pendakian jalur Sembalun meminta kepada Balai TNGR untuk mengelola secara jalur ini.
Sebagai informasi, Balai TNGR membatasi kuota pendaki sebanyak 700 orang per hari.
Jumlah kuota itu dibagi ke-6 jalur pendakian, yakni Senaru sebanyak 150 orang, Torean 100 orang, dan Sembalun 150 orang.
Sedangkan, kuota sisanya sebanyak 100 orang di jalur Timbanahu, Tete Batu 100 orang, dan Aiq Beriq 100 orang.(ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News