Vape vs Rokok, Mana yang lebih Merusak Tubuh

30 November 2019 11:54

GenPI.co - Vape atau rokok elektrik sedang populer untuk masyarakat Indonesia. Keberadaannya muncul pertama kali di pasar AS sekitar satu dekade yang lalu.

Menurut riset yang dilansir dari laman Goodhousekeeper.com, sekitar 10,8 juta pengguna dewasa, sekitar 3,6 juta siswa sekolah menengah menggunakan rokok elektrik. Mereka masih berpikiran bahwa rokok elektrik lebih baik dari rokok tembakau.

Vape sendiri adalah perangkat yang menggunakan tenaga bateri. Ada element pemanas  mengubah cairan menjadi aerosol atau  yang kemudian dihirup langsung ke paru-paru. Karena itu namanya vaping. Uap cairan tersebut mengandung ikotin untuk menguatkan rasa yang dikandung di dalamnya.

BACA JUGA: Vladimir Putin Duel dengan Presiden Mongolia, Siapa yang Menang?

Christy Sadreameli, MD, seorang ahli paru pediatrik di Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins dan juru bicara American Lung Association, mempermasalahkan nama vaping tersebut. "Orang-orang mendengar bahwa itu adalah uap dan mereka berpikir tentang uap air," katanya. "Tapi uap air itu ramah, dan kami tidak berpikir bahwa uap dari produk ini tamah,” katanya.

Banyak yang bertanya, apakah vaping lebih sehat daripada merokok tembakau biasa?

Vaughan W. Rees, PhD, direktur Pusat Pengendalian Tembakau Global di Harvard T.H. Chan School of Public Health mengatakan, untuk orang dewasa yang sudah jadi perokok aktif, beralih ke vaping adalah langkah yang sehat

Meskipun tentu saja jauh lebih sehat daripada tidak merokok sama sekali. “Kami ingin mencoba mencegah penggunaan oleh orang muda, sementara juga memungkinkan perokok dewasa kemampuan untuk beralih ke vape, yang akan menciptakan hasil kesehatan yang lebih baik,” jelasnya.

BACA JUGA: Matcha Versus Teh Hijau, Lebih Suka yang Mana?

Faktanya, rokok konvensional sendiri berbahaya untuk tubuh. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa merokok tembakau secara rutin memotong harapan hidup hingga 1 dekade. Belum lagi  risiko kanker, penyakit kardiovaskular, dan penyakit pernapasan.

Ketika rokok tembakau dibakar, ada campuran ribuan bahan kimia beracun, termasuk setidaknya 60 karsinogen yang dikenal, yang terhirup dalam-dalam ke paru-paru. Itu meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan masalah pernapasan serta merusak di seluruh organ.

Meski vaping  beriksiko lebih rendah bag para perokok, namun tetap tidak dianjurkan. Aerosol yang terhirup begitu dalam ke paru-paru mengandung banyak zat selain nikotin, termasuk senyawa organik yang mudah menguap.

Zat tersebut seperti benzena, formaldehyde dan acetaldehyde, yang dapat menyebabkan penyakit paru-paru. Plus, uap vape memiliki partikel ultra-halus dan logam berat termasuk nikel, timah, dan timah.

BACA JUGA: Lebih Nyaman Kloset Duduk atau Jongkok?

Bahkan perasa seperti nanas, semangka, mangga, dan pilihan ramah anak lainnya, dapat menyebabkan kerusakan pada tingkat yang belum diketahui. Satu studi menemukan bahwa bahan kimia yang disebut diacetyl hadir di 39 dari 51 perasa vape yang diuji. Diacetyl telah dikaitkan dengan penyakit paru-paru serius yang disebut bronchiolitis obliterans. Sementara bahan kimia ini dianggap aman saat dimakan, mereka tidak dimaksudkan untuk dihirup ke dalam paru-paru.

Studi terbaru juga menunjukkan bahwa vape membuat lipat risiko serangan jantung du kali lebih keuat dibandingkan dengan bukan perokok.

Belum lagi  kasus vape yang dilaporkan meledak, menyebabkan luka bakar parah dan kerusakan wajah.

Dari penjelasan mengenai rokok tembakau dan rokok elektrik, keduanya sangat tidak di anjurkan terkait masalah kesehatan. Langkah yang paling tepat adalah tidak atau berhenti merokok.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co