Hadapi Virus Corona, Ini yang Dilakukan Pariwisata Yogya

05 Februari 2020 08:17

GenPI.co - Pelaku industri pariwisata Yogya terus bergerak. Mereka tidak mau ancaman terhadap pariwisata menghambat laju pariwisata Yogya. Sebaliknya, mereka ingin peluang yang ada bisa dimaksimalkan bagi pertumbuhan industri pariwisata.

Ancaman seperti virus corona yang berimbas pada menurunnya wisawatan, hendaknya disikapi dengan pembentukan crisis center. Langkah-langkah mitigasi dan SOP-nya dibakukan sehingga bisa menjadi panduan bagi pelaku pariwisata. Dengan Crisis Center ini, maka isu-isu negatif bisa dikelola dan dikomunikasikan dengan baik dan tetap positif bagi perkembangan pariwisata.

Sedangkan terbukanya peluang baru yakni mulai dioperasikannya bandara baru Yogyakarta International Airport (YIA), sebaiknya dijadikan supporting bagi pengembangan pariwisata DIY. Jangan sampai justru YIA menjadi gerbang bagi wisatawan untuk ‘melihat Yogya dari Borobudur’ dan bukan ‘melihat Borobudur dari Yogya.’

Oleh karena itu, kolaborasi dan sinergitas antar komponen pendukung pariwisata yang dikenal dengan Pentahelix menjadi sesuatu yang penting untuk segera diwujudkan. Diwujudkan dalam bentuk nyata yang bisa segera dieksekusi.

BACA JUGA: Alhamdulillah, Sudah 632 Warga China yang Sembuh dari Corona

Begitulah benang merah dari FGD (focus group discussion) atau diskusi kelompok terfokus Pentahelix Pariwisata DIY yang berlangsung di Bujana Cafe, Kids Fun, Yogya, Selasa (4/2). FGD ini melibatkan akademisi, pelaku bisnis industri pariwisata, komunitas pariwisata, pemerintah dan media. Ini FGD putaran kedua yang dilakukan Pentahelix DIY.

Akademisi yang hadir di antaranya dari Puspar UGM, AMPTA, Universitas Mercu Buana, dan sejumlah sekolah tinggi pariwisata. Dari kalangan pelaku industri pariwisata hadir sejumlah asosiasi di bawah Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY. Seperti ASITA, PHRI, PPHI, PPJI, ICA, HPI, ARKI, Ivendo, dan sebagainya. Unsur pemerintah, lengkap dari Dinas Pariwisata DIY maupun dinas pariwisata lima kabupaten/kota di DIY. Hadir pula PT Angkasa Pura I, Badan Otoritas Borobudur, dan PT KAI.

Tak ingin disebut sekadar dodol abab, talk only, peserta FGD sepakat untuk membuat Memorandum of Understanding (MoU). Kesepakatan yang berisi langkah-langkah kolaborasi dan sinergi yang bisa dilakukan segera untuk meningkatkan standarisasi pariwisata DIY. MoU yang bisa segera dieksekusi.

“Kami, dari  GIPI, mempunyai 22 asosiasi yang memiliki kompetensi dalam mengembangkan pariwisata. Kami siap untuk berkolaborasi, bersinergi, mendampingi Dinas Pariwisata dalam pengembangan pariwisata DIY menuju destinasi berkelas dunia. Atau setidaknya menjadi destinasi unggul Asia Tenggara sesuai dengan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (Ripparda) DIY. Kami berharap segera ada MoU,” tegas Ketua Umum GIPI DIY Bobby Ardyanto Setyo Aji.

Penegasan Ketua GIPI DIY ini merespons pernyataan Direktur Pemasaran Pariwisata Badan Otorita Borobudur (BOB) Agus Rochiyardi. Sebelumnya Agus mengungkapkan kenyataan adanya sejumlah destinasi yang belum mempunyai sertifikasi, tidak memiliki asuransi, ataupun standar yang diakui dunia internasional. Maka, Agus mengusulkan perlunya upaya peningkatan kompetensi dan standarisasi ini.

“Kalangan akademisi bisa melakukan edukasi, teman-teman asosiasi bisa mendampingi. Yang dari asosisasi kuliner, misalnya, mendampingi bagaimana olahan ikan di Pantai Depok, memiliki taste dan standar internasional. Sehingga bisa dijual ke wisatawan mancanegara,” urai Agus.

BACA JUGA: Kata Siapa Indonesia Tak Mampu Deteksi Corona?

Curahan-curahan ide untuk pendampingan yang disepakati dalam MoU ini gayung bersambut. Kepala Dinas Pariwisata Gunungkidul Asti Wijayanti, misalnya, siap untuk membuat MoU dengan GIPI. Asti bahkan langsung menyebut wilayah yang siap didampingi, yakni Nglanggeran.

“Kendati Nglanggeran masuk dalam 100 top destinasi dunia untuk wisata berkelanjutan, masih banyak yang harus dilakukan agar memenuhi standar internasional. Mulai dari homestay-nya, kulinernya, ataupun layanan terhadap tamunya. Monggo saja segera dirumuskan MoU-nya,” tambah Asti.

Hal yang sama juga disampaikan Kepala Dinas Pariwisata Bantul Kwintarto Heru Prabowo. Kwintarto menyebut tiga kawasan di Bantul yang ingin dikembangkan dan bisa didampingi oleh GIPI DIY. Kwintarto menyebut kawasan Pantai Depok dengan potensi ikan yang melimpah serta Laguna yang cantik. Lalu sentra batik Wukirsari, Giriloyo yang memiliki potensi batik tradisional dan kemudian Pajangan Guwosari. Di Pajangan ini ada dua cerita sejarah yang bisa diangkat yakni Goa Selarong dengan Pangeran Diponegoro-nya serta Desa Mangir dengan kisah Ki Ageng Mangir Wanabaya.

Hal serupa disampaikan Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogya Maryustion Tonang maupun wakil dari Dinas Pariwisata Sleman dan Kulonprogo. Intinya mereka siap untuk menjalin kerjasama dengan GIPI DIY.

Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo yang menyampaikan closing statement mengaku senang dengan capaian FGD kali ini. Ia menyebut provokasinya berhasil. Singgih mengaku selama ini terus memprovokasi agar terjalin sinergi, kolaborasi antarkomponen Pentahelix pariwisata ini. Bahkan kini pihaknya juga memprovokasi kolaborasi antar-OPD (organisasi perangkat daerah).

Hanya saja, Singgih mengingatkan agar kolaborasi atau sinergi difokuskan pada satu atau dua fokus saja. “Sebaiknya fokus pada satu prioritas untuk didorong sebagai quick win. Jangan banyak-banyak nanti malah tidak kecandak (tercapai). Malah ucul kabeh (lepas semua). Satu saja. Fokus. Agar GIPI juga tidak kewalahan membagi anggotanya dalam mendampingi,” pesan Singgih.

Singgih juga mengingatkan agar standarisasi yang ingin dipakai hendaklah mengacu pada standar internasional yang sudah ada. Harus merujuk pada standar yang memang dipakai oleh pariwisata dunia. Menurutnya, teman-teman di industri pariwisata pasti memiliki hal itu.

BACA JUGA: Cara kreatif Plus Aneh Warga China Menghindari Virus Corona

Selain itu, Singgih juga meminta agar para pelaku industri pariwisata bisa menangkap rangkaian agenda pariwisata yang dimuat dalam Calendar of Events (CoE) yang dibuat Dinas Pariwisata DIY. “CoE sudah kami luncurkan. Monggo ditangkap sebagai paket wisata event, bisa menjadi daya tarik tambahan untuk meningkatkan lenght of stay,” tandas Singgih.

Ketua Umum GIPI DIY kembali merespons dengan roadmap action. Langkah-langkah yang harus segera dilakukan. Pertama, pihaknya, bersama Dispar DIY dan komunitas Pentahelix segera duduk bersama merumuskan standardisasi internasional yang seperti apa. Hal ini penting sehingga bisa menjadi acuan bersama dalam melakukan MOU penataan destinasi di kabupaten dan kota.

“Setelah itu baru melakukan MOU dengan Dispar kabupaten kota. Kita ambil 2 maksimal 3 destinasi untuk diberikan pendampingan Pentahelix. Lalu, per semester dievaluasi. Saya yakin, kalau intens dan konsisten, dalam setahun sudah akan memberikan dampak yang luar biasa, dan bisa dijadikan role model penataan destinasi berkelas internasional,” tandasnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co