Anti Tesis untuk Gravitasi Penurunan Kunjungan Wisman

02 Desember 2018 08:23

Anti tesis diberikan untuk melawan tarikan negatif kunjungan wisman. Soliditas formasi pentahelix dinilai sebagai formulasi terbaik untuk meredam isu negatif merugikan tersebut. Pariwisata Indonesia hanya perlu fokus, menata kembali, dan percaya diri untuk terus memikat wisman.

Potensi penurunan jumlah kunjungan wisman membayangi pariwisata Indonesia. Ada beragam latar belakang yang menyertainya. Beragam bencana, kampanye hoax, hingga menguatnya zero dollar tour ala Tiongkok. Usai terbebas dari problem Gunung Agung Bali, pariwisata Indonesia dihadapkan kepada bencana Lombok dan Palu-Donggala-Sigi.

Insiden Gunung Agung menggerus 1 juta kunjungan wisman. Durasi kehilangan 6 bulan dari September 2017 hingga April 2018. Lalu, Indonesia kehilangan kembali potensi 1 juta wisman efek insiden Lombok pada Agustus kemarin. Angka kunjungan wisman turun 75% di bulan September. Problem menggurita setelah isu zero dollar tour mencuat. Imbasnya, komposisi diperkirakan tersisa 50% di November.

Sebelumnya, jumlah kunjungan wisman di bulan Oktobers sekitar 193 ribu orang. Ketua GIPI Didin Junaedi mengungkapkan, kerjasama pentahelix diperlukan lebih solid lagi. “Penurunan dari kunjungan wisman hal wajar. Perlu kerjasama pentahelix lebih solid lagi. Hoax harus dilawan, khsusnya oleh industri dan media. Sebagai industri, kami ini akan tetap berjuang,” ungkap Didin, Sabtu (1/12) malam.

Didin menambahkan, GIPI secara internal juga terus menguatkan soliditasnya. Sekarang ini, GIPI sudah masuk di 22 provinsi di Indonesia. GIPI juga siap membantu mewujudkan target kunjungan wisman ini. Baik itu sekup nasional atau pun di zona daerah. “Halangan didalam kembangkan pariwisata ini kami pakai sebagai tantangan. Pasti ada yang apatis. Sebagai industri, yang penting solid,” lanjutnya.

Terkait polemik zero dollar tourism, GIPI meminta industri tetap bermain cantik. Sebab, Indonesia bukan kali ini saja menghadapi tekanan isu zero dollar tourism versi Tiongkok. Didin menjelaskan, Jepang juga pernah merilis kebijakan tersebut. Semua potensi aliran transaksi hanya berputar pada lingkungan industri pariwisata Jepang. Namun, pembedanya kue market wisman Jepang tidak sebesar Tiongkok.

“Semua harus bersama-sama berkolaborasi. Zero dollar tourism ini pernah muncul ketika Jepang mau masuk ke Indonesia. Mereka tidur, makan, membeli souvenir, hingga penggunaan guide dengan link bisnis Jepang. Cuman waktu itu terlalu mencolok. Sebab, jumlahnya tidak sebesar Tiongkok,” jelasnya.

Market Tiongkok ini tetap menjanjikan. Meski label paket dihargai relatif murah, namun kemampuan spending wisatawan Tiongkok cukup tinggi. Wisatawan Negeri Tirai Bambu ini memiliki kemampuan spending rata-rata USD1.019 per trip. Pertumbuhannya +35,75%, lalu memiliki kapasitas pasar 130 Juta trip per tahun. Destinasi utamanya, Bali, Jakarta, Manado, Kepri, Lombok, dan Yogyakarta.

“Sekarang tinggal fokusnya ke mana? Kalau tetap Tiongkok, maka terus branding di sana sampai dapat hal positif. Untuk isu sensitif, sebenarnya tidak perlu dibesar-besarkan. Lebih baik diam dahulu, jangan langsung ramai. Filosofi Sunda-nya, ikannya didapat dan airnya tetap bening. Yang penting jangan terus ramai,” ujar Didin lagi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co