7 Dekade Berlalu, Serangan Umum 1 Maret Masih Jadi Perdebatan

01 Maret 2020 15:40

GenPI.co - Tujuh puluh satu tahun lalu, tepatnya 1 Maret 1949, masyarakat Indonesia melakukan serangan besar-besaran di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Peristiwa bersejarah ini disebut sebagai Serangan Umum 1 Maret.

Meskipun sudah terjadi 7 dekade silam, peristiwa ini masih menjadi perdebatan bagi sebagian kalangan, khususnya terkait peran Presiden ke-2 RI, Soeharto.

BACA JUGA: Penjelajah Waktu Mungkin Saja Ada, Orang ini Buktinya

Pada peristiwa itu, rakyat Indonesia bersama tentara berjuang untuk menguasai ibu kota, serta merebutnya dari pihak Belanda dan Sekutu selama 6 jam lamanya. Saat itu, Yogyakarta menjadi ibu kota Indonesia.

Perpindahan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta diikuti oleh serangan dari Belanda dan Sekutu, yang dikenal dengan Agresi Militer II Belanda. Militer Indonesia di bawah komando Jenderal Soedirman pun menunjukkan perlawanan atas agresi Belanda itu. Salah satu bentuk perlawanan itu ada;ah penyerangan pada pagi-pagi tanggal 1 Maret. 

Kala itu, seluruh pos penjagaan Belanda di Yogyakarta dihujani dengan peluru. Belanda yang tidak berada dalam kondisi siap kocar-kacir menghadapi serangan dari berbagai penjuru. 

Selama 6 jam, kota Yogyakarta berhasil dikuasai. Namun serangan itu tidak dimaksudkan untuk mengambil alih ibu kota negara dari penjajah. Peristiwa itu dikatakan hanya untyk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia measih memiliki kekuatan militer. Setelah 6 jam berlalu, militer Indonesia meninggalkan Yogyakarta dan kembali bergeriliya di hutan-hutan .

Menariknya, selama era Orde Baru peran Soeharto dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 selalu digembar-gemborkan. Bahkan, terdapat berbagai propaganda untuk meyakinkan rakyat bahwa Soeharto adalah sosok yang berperan besar dalam Serangan Umum 1 Maret.

Propaganda tersebut disebarkan mulai dari buku-buku sejarah, buku-buku sekolah, hingga film berjudul Janur Kuning (1979) yang disutradarai Alam Rengga Surawidjaja. Dalam karya-karya tersebut, Soeharto digambarkan sebagai pahlawan yang paling berjasa dalam melawan agresi militer Belanda, melebihi Jenderal Soedirman dan Sultan Hamengkubuwana IX.

Setelah pemerintahan Soeharto tumbang pada Mei 1998, propaganda tersebut pun berangsur menghilang. Bahkan, terdapat dugaan adanya penyesatan sejarah yang terjadi selama Orde Baru, salah satunya tentang peran Soaharto dalam Serangan Umum 1 Maret 1949.

BACA JUGA: Kala Si Rambo Duel dengan Presiden Soeharto

Letkol Soeharto yang pada saat itu menjabat sebagai Komandan Brigade 10 Daerah Wehrkreise III disebut memang memimpin serangan serentak itu. Namun, serangan itu terlaksana berkat persetujuan dari Sultan HB IX.

Kontroversi terkait peran Soeharto dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 masih terus bergulir hingga 70 tahun setelah peristiwa itu terjadi. Dan hingga kini, belum ada titik temu terkait perdebatan ini. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co