Corona, Kau Cantik dan Aduhai...

26 Maret 2020 11:26

GenPI.co - Menjalani hubungan jarak jauh atau Long Distance Relationship (LDR) memang tak mudah. Banyak hal yang akan menjadi berat, seperti berdamai dengan rindu, yang kerap kali menggerutu. 

Itulah yang sering aku rasakan karena sering merindukan Corona. Ya, karena aku dan Corona menjalani hubungan jarak jauh. Aku berada di Jakarta, sedangkan Corona tinggal di kota Malang. Selama 3 tahun menjalin hubungan, jarak tak pernah menjadi masalah yang berarti bagi kami. 

Karena kami percaya, jarak hanya jebakan. Jauh dekat kami, tetap ditentukan oleh perasaan. Hampir setiap tahun, kami selalu menyempatkan untuk bertemu. Meski hanya satu dua hari, sudah sangat menyenangkan hati. 

Di Balik Koridor Sekolah, Aku Hanyalah Pengagum Rahasiamu....

"Meski sempit waktu kita, sedikit saja harus kita sempatkan untuk bertemu," ujar Rama 3 tahun lalu. 

Rama memang selalu bersemangat. Ia tak pernah mau kalah dengan rindu. Karena baginya, rindu adalah isi celengan terbaik. Jika sudah penuh, akan sangat menyenangkan jika dibuka bersama dengan sang penyebab rindu, sang kekasih.

Pernah suatu waktu, aku tak percaya dengan diriku sendiri. Karena aku sangat takut kehilangannya, karena aku tak bisa selalu ada disampingnya saat ia butuh. 

Namun, saat itu, Rama yang selalu menguatkanku. "Kan sudah ku bilang, aku tak masalah meski harus jauh darimu. Hatiku sudah untukmu semua, jadi tenang saja," ujarnya menenangkan. 

Rasa takut memang seringkali muncul. Mungkin karena rasa sayangku padanya yang sungguh terlalu. Namun, semakin ke sini, perasaan takutku sedikit reda, karena Rama selalu bisa meyakinkanku. 

Setahun lalu, di bulan Maret 2019. Kami bertemu di Yogyakarta. Di sana, kami menghabiskan waktu berdua. Menikmati indahnya pantai selatan yang memesona. Menjelajah kota berdua, dan masih banyak lagi hal-hal yang menyenangkan jika dilakukan hanya bersama Rama. 

BACA JUGA: Begini Tata Cara Menguburkan Jenazah yang Meninggal Akibat Corona

Saat akan kembali ke kota kami masing-maasing, Rama sempat berbicara cukup serius. Kali ini, ia ingin bertemu denganku, di bulan yang sama, tapi tahun berikutnya. 

"Kenapa Ma?" Tanyaku "Biar rindu bekerja semakin berat," jawabnya. 
"Serius," kataku. "Kita akan semakin sibuk di semester depan, aku akan banyak kegiatan, penelitian, KKN, bimbingan skripsi, masih banyak lagi," jawab Rama. 

"Tapi kita masih bisa meluangkan waktu," kataku. 

"Aku ingin kita bertemu setahun lagi, kamu akan tahu jawaban pastinya kenapa aku meminta bertemu tahun depan, saat kita bertemu nanti," jawabnya serius. 

"Baiklah, aku akan menunggu dengan rindu yang terus menerus menumpuk, biar jadi gunung," jawabku. 

"Bisa kau daki, aku ada di puncaknya," jawabnya dengan senyum khas di bibir manisnya. 

BACA JUGA: Ibunda Jokowi Tutup Usia, Relawan Diminta Tak Melayat

"Kau cantik Corona...membuat hatiku terpana," kata Rama.

Corona pun tersipu malu dipuji setinggi langit olehku. Tapi sayang pertemuan segara berakhir. Kami kembali menuju kota kami masing-masing. Menjalani aktivitas yang membosankan, sembari menunggu tahun depan datang. 

Kami dan Corona sudah merencanakan tunangan untuk tahun depan, mengikat janji sehidup semati dalam hubungan ke jenjang pernikahan nanti. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cahaya Reporter: Andi Ristanto

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co