Kenapa Ikan Doyan Makan Sampah Plastik?

14 Januari 2019 09:09

Setiap tahun ada lebih dari 8 juta ton sampah plastik limbah manusia yang masuk ke laut, dan bila terus terjadi seperti ini maka tahun 2050 di laut lebih banyak sampah daripada ikan.

Menurut penelitian, sampah plastik sekarang sudah semakin banyak dan mulai mencapai lautan. Banyak hewan laut yang akhirnya mati karena memakan sampah plastik yang dikira makanan. Memangnya, hewan laut tidak bisa membedakan, mana makanan dan mana sampah?

Menurut penelitian, ternyata hewan liar sering tertipu. Mereka tidak bisa membedakan makanan dan sampah plastik. Setidaknya 180 spesies hewan laut diketahui sudah memakan sampah plastik. Mulai dari hewan kecil seperti plankton maupun hewan besar seperti paus raksasa.

Baca juga: Miris, Ini Penyebab Bangkai Ikan Paus Ditemukan di Wakatobi

Beberapa hewan memang memiliki kemampuan melihat secara lebih detail daripada manusia. Namun, kebanyakan hewan justru tidak bisa melihat dengan jelas, termasuk ikan dan hewan laut lainnya. Karena itulah, mereka lebih mengandalkan indra yang lain, seperti penciuman atau peraba. Nah, salah satu alasan kenapa hewan mengira smapah plastik itu sebagai makanannya adalah karena bentuk dan baunya mirip seperti makanannya. Saat sampah plastik berada di lautan dan mengambang bebas untuk waktu yang cukup lama, plastik mulai ditumbuhi ganggang.

Ganggang itu lalu dimakan oleh kril yang merupakan sumber makanan laut yang utama. Setelah makan ganggang, kril akan melepaskan senyawa dimetil sulfida. Senyawa ini yang menarik burung dan ikan untuk menghampiri plastik itu. Hewan-hewan itu mengira bahwa plastik itu merupakan kril sehingga mereka memakannya. Padahal sampah plastik yang tidak bisa diproses oleh sistem pencernaan mereka. Akibatnya, sampah plastik itu akan mengganggu sistem pencernaan dan mengakibatkan makanan lain tidak bisa dicerna. Hal inilah yang menyebabkan hewan tidak bisa makan lagi dan akhirnya mati.


Seperti  ikan super langka dari Manado ditemukan mati. Setelah dibedah, bungkus makanan dari plastik dan tisu berserat kenyal dikeluarkan dari perutnya. Ikan Coelacanth ini ditemukan oleh peneliti Jepang di daerah Tetapaan, Wawontulap, Sulawesi Utara. Ikan ini berada dalam daftar yang paling dilindungi oleh PBB karena dianggap menjelang punah.

Seekor Paus Sperma ditemukan mati terdampar di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Dari dalam perut hewan laut sepanjang 9,6 meter tersebut dikeluarkan sampah plastik seberat 5,9 kilogram. Sampah plastik itu diantaranya adalah tutup botol galon, botol plastik, tali rafia, sobekan terpal, botol parfum, sandal jepit, kantung plastik, piring plastik, gelas plastik, dan jaring.

Sampah plastik juga merusak destinasi wisata. Gangguan sampah plastik ini pada akhirnya membuat Bali mendeklarasikam darurat sampah di sepanjang Pantai Jimbaran, Kuta, sampai Seminyak pada November 2017.

Peran Pemerintah Persoalan Sampah Plastik

Menteri Keluatan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menanggapi ikan paus sperma berwarna hitam ditemukan mati di Pulau Wakatobi, Sulawesi Tenggara.  Dengan adanya kejadian tersebut semua pihak harus mengurangi penggunaan sampah dan jangan membuang sampah sembarangan.

"Kita semua harus mengurangi penggunaan sampah dan buangnya sembarangan. Ini harus mulai dicegah," kata dia di Ruang Auditorium Tuna Lantai 15, Gedung Mina Bahari IV Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Sebagai informasi, dalam kejadian tersebut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berusaha mengidentifikasi matinya seekor paus sperma berwarna hitam ditemukan mati di Pulau Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Hingga saat ini untuk temuan awal saja, di dalam perut paus terdapat 6 kilogram sampah. 

Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan Wakatobi menyatakan penyebab matinya ikan paus jenis sperma yang bangkainya ditemukan di Desa Kapota Utara, Kabupaten Wakatobi, diduga bukan karena sampah. “(Penyebab) matinya ikan paus sampai saat ini kami belum bisa kami pastikan, tetapi yang bisa kami katakan bahwa ditemukannya sampah dalam saluran pencernaan paus itu belum menunjukkan bahwa penyebab kematian paus ialah sampah,” kata Ketua Program Studi Konservasi Kelautan, Akademik Komunitas Kelautan dan Perikanan Wakatobi, Fitra Wira Hadinat.

Ia menjelaskan, pergerakan ikan paus di laut selalu berkelompok dan tidak bergerak sendiri. Dengan demikian, makanan yang dimakan ikan paus akan selalu sama dengan kelompoknya. “Lain halnya bila kita temukan ikan paus yang dalam keadaan mati dalam jumlah atau kelompok yang besar dan di dalam saluran pencernaan ditemukan sampah, maka bisa disimpulkan kematian ikan paus ini karena sampah,” ujarnya.


Lembaga swadaya Greenpeace menyatakan, sampah plastik menjadi ancaman nyata bagi satwa, penemuan sampah plastik sebanyak 5,9 Kg dalam perut bangkai paus sperma yang terdampar di Pulau Kapota, Wakatobi, Sulawesi Tenggara pada beberapa waktu lalu telah mempertegas ancaman tersebut.

Baca juga: Cegah Sampah Plastik Menumpuk dengan 5 Tips Berikut Ini

"Penemuan sampah plastik di dalam perut paus sperma menambah deretan panjang peristiwa hadirnya sampah plastik di tempat yang tidak seharusnya. Diperkirakan 94 persen plastik yang masuk ke lautan akan berakhir di dasar laut," kata juru kampanye Urban Greenpeace Indonesia, Muharram Atha Rasyadi melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, berapa waktu lalu.

Dia menyatakan, solusi utama untuk mengurangi invasi sampah plastik di lingkungan termasuk lautan adalah dengan mengurangi produksi dan penggunaan plastik sekali pakai secara signifikan. Greenpeace meminta semua sektor perlu menanggapi permasalahan ini dengan serius dan mengambil peran dalam penyelesaiannya.

Inisiatif pihak swasta seperti perusahaan produsen barang kebutuhan sehari-hari (fast moving consumer goods) harus lebih dari sekadar melakukan daur ulang. "Perlu diingat bahwa tingkat daur ulang pun masih rendah sekali, hanya sembilan persen secara global," ujar Muharram.

Selain itu, pemerintah perlu membuat regulasi yang fokus pada pengurangan (reduksi) dan menunjangnya dengan meningkatkan kualitas sistem pengelolaan sampah secara nasional. Masyarakat juga harus lebih sadar akan permasalahan dan ancaman yang nyata ini. "Bila tidak bertindak sesegera mungkin, akan semakin banyak kehidupan satwa yang terancam oleh keberadaan sampah plastik," tandas Muharram.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cahaya Reporter: Robby Sunata

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co