Wulan dan Mulan, Janji Bahagiakan Ibu

11 Juni 2020 11:16

GenPI.co - Perkenalkan namaku Wulan. Saat ini aku masih kuliah jurusan farmasi di salah satu kampus negeri ternama di Jakarta. Memilih jurusan ini merupakan cita- citaku dari dulu.

Sebab, aku ingin menjadi orang yang dapat meracik obat guna kesembuhan banyak orang. Setidaknya aku tidak ingin melihat orang lain kehilangan sosok yang mereka sayangi, seperti aku kehilangan Ayahku.

BACA JUGA: Seru, Jaksa Bongkar Dana Jiwasraya Mengalir ke Judi Kasino

Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara. Aku memiliki seorang adik yang merupakan kembaranku. Sekalipun mirip, kami berdua memiliki watak dan tujuan hidup yang jauh berbeda. Mulan adikku melanjutkan pendidikan di salah satu kampus swasta termahal di Tangerang dengan mengambil jurusan IT.

Kami berdua sudah ditinggal Ayah sejak umur enam tahun, sehingga hanya ibu yang membesarkan kami berdua hingga saat ini. Bisa dibilang mati konyol, Ayahku meninggal karena keracunan obat, malam itu kepalanya terasa sangat sakit. 

Sehingga meminta aku untuk membeli obat seadanya di warung depan rumah. Setengah jam setelah minum obat tersebut mulut ayah mengeluarkan busa berwarna putih. Tak sempat melakukan pertolongan, Ayah mengembuskan nafas terakhirnya.

"Mulan ini remot tivi lu apain kagak bisa dipencet," keluhku sambil duduk santai di ruang tv.

"Cobain dari deket, mau abis batre kali," jawabnya.

"Kagak bisa ini sampe udah gue tempelin ke tivi," ucapku sambil menempelkan remot pada layar.

"Ya udah mati kali, Ayah gue aja mati gimana tuh remot," ucap Mulan dengan santainya.

BACA JUGA: China Sudah Temukan Vaksin Covid-19, Hasilnya Menjanjikan

"Eh sembarangan banget lu ngomong," balasku kesal.

"Makanya lu cepetan lulus, biar bisa bikin obat bener yang nggak bunuh orang," kata Mulan.

"Lu ngaca! kuliah cepet lulus jadi lulusan IT harus banyak duit biar kalau ibu sakit nggak makan obat warung," balasku dengan nada tinggi.

"Wulan! Mulan! ambil kalian pisau satu-satu langsung aja kalian saling tusuk dari pada berantem gitu terus," teriak ibu dari dalam kamar.

"Lu sih," bisikku.

"Idih lu ngomong pake toa," balasnya

Sangat banyak perbedaan antara kami berdua. Walau begitu ibu tidak pernah sedikit pun membedakan kami. Semua sama mulai dari masuk sekolah, pilihan baju, hingga perhatian. Lelah membesarkan kami hingga saat ini. 

Apapun perdebatan yang terjadi di antara kami, hanya suara ibu yang dapat membuat kami berdamai dengan cepat.

Saat ini ibu sudah tidak bekerja lagi karena umur yang sudah lanjut usia dan sering sakit-sakitan. Saat ini kami hanya mengandalkan uang pensiun ayah untuk kuliah, sampai akhirnya kami berdua lulus dan bekerja menjadi orang sukses. 

BACA JUGA: Bedak Tabur Bayi Ternyata Bikin Wanita Cantik

Aku dan adikku memang berbeda, tapi memiliki tujuan yang sama guna membahagiakan ibu. Aku memiliki mimpi untuk menjadi seorang peracik obat agar sakit apapun yang Ibu derita dapat sembuh melalui tanganku. 

Begitu juga dengan mimpi Wulan ia ingin menjadi seorang IT yang diandalkan dan berkerja di perusahaan ternama, agar perekonomian keluarga kami jauh lebih baik dari sebelumnya. (*)

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cahaya Reporter: Asahi Asry Larasati

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co