Cerita Horor: Boneka Voodoo Itu Membunuhku

02 Oktober 2020 07:50

GenPI.co - Namaku Nina. Sejak kecil aku selalu disebut sebagai anak pembawa sial. Saat Umurku masih 5 tahun, Aku sudah terbiasa dipukul, menerima omongan kasar, dan di kurung dalam ruangan yang sangat gelap.

Aku tidak pernah mengerti apa yang menjadi kesalahanku. Bukannya kasih sayang, Aku malah mendapatkan kebencian dari orang tuaku. 

BACA JUGAAmien Rais Membeber Fakta Mengejutkan, Jokowi Tersudut

Walau begitu, tidak sekalipun aku ingin membalas dendam rasa sakitku kepada mereka berdua. Aku sayang mereka. Mereka yang membesarkan aku dengan cara menyakiti secara fisik juga mental.

Seiring berjalannya waktu, terbiasa menerima perlakuan tersebut, membuat aku kebal akan rasa takut dan sakit. 

Kini usiaku sudah beranjak 17 tahun, usia yang seharusnya sudah bisa dikatakan dewasa dan bijak untuk memilih apa yang menjadi keputusanku.

BACA JUGATak Percaya, 3 Zodiak Banjir Rezeki Secara Ajaib di Bulan Oktober

Kedua orang tuaku sering kali meninggalkan Aku sendirian di rumah, mereka memang bekerja sebagai penjahit keliling dengan menggunakan mobil buntung sebagai toko berjalannya mereka. 

Berbeda dengan biasanya, kali ini ibu dan ayah meninggalkan Aku cukup lama, nyaris hingga satu minggu lamanya. Merasa merindukan mereka Aku memutuskan untuk tidur di kamar kedua orang tuaku.

Aroma tubuh mereka yang melekat pada kasur, membuat aku rindu sentuhan mereka walau dengan pukulan. 

BACA JUGA: 8 Ramuan Ajaib Ini Khasiatnya Ampuh Bikin Asam Urat Ambrol

Penerimaanku dengan Nona sangatlah berbeda. Aku sering kali menerima perlakuan kasar, sedangkan Nona kerap mendapatkan perhatian hangat dari kedua orang tuaku. 

Hal itu yang membuat aku cemburu, tidak jarang aku ingin menjadi Nona yang mendapatkan sentuhan hangat yang bukan pukulan.

Nona adalah saudara kembarku, sejak kecil ia memang mendapat semua perhatian dari kedua orang tuaku. 

BACA JUGA: Ngeri! Gatot Nurmantyo Blak-blakan Membuka Fakta Ini

Walau selalu cenderung diperlakukan sama mulai dari pakaian, makanan hingga tempat tinggal, jelas aku melihat bahwa kedua orang tuaku jauh lebih sayang Nona dari pada Aku. 

Aku benci melihat wajahnya yang makin hari semakin mirip denganku. Aku benci memiliki saudara kembar sepertinya.

Bekali-kali aku ingin menyakiti Nona, tapi niatku selalu terhalang oleh ibu dan ayah. 

Jangankan menyentuhnya hanya mendekat saja selalu dihalangi oleh kedua orang tuaku. 

Ini tidak adil, Nona terlalu bahagia mendapatkan perhatian seluruhnya dari orang tuaku.

Saat aku memasuki kamar ibu dan ayah, aku melihat Nona sedang tertidur di ranjang kedua orang tuaku dengan nyenyak. Melihatnya, membuat aku selalu ingin menyakiti dirinya. 

Hingga akhirnya aku memutuskan untuk menusuk Nona dengan sanggar ibu yang berada di atas meja. Aku tancapkan dengan sekuat tenaga sanggar tajam milik ibu tepat di dada Nona.

Rasa sakit teramat sangat aku rasakan, tak kuasa melihat kondisi Nona yang Aku tusuk secara tiba-tiba, Aku melarikan diri dari kamar tersebut. 

Saat hendak keluar pintu rasanya badanku mendadak lemas, Aku tidak ada hentinya batuk hingga mengeluarkan darah. Terasa sangat sesak di dadaku. Ketika Aku memegang dadaku sendiri rasa sakit memuncak, dadaku berdarah yang mengalir sangat derasnya.

Aku melihat ke belakang, tepat di posisi Nona sedang tertidur. Aku melihat dirinya tersenyum menyeramkan padaku. 

Hingga Aku menyadari bahwa Nona bukanlah saudara kembarku, tapi boneka Voodoo yang jelas mirip dengan Aku, dijahit oleh ibu dan ayahku sendiri.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co