Di Riau Konflik Harimau dan Manusia Berulang Kali Terjadi

05 Maret 2019 12:16

Mardian, warga Sungai Rawa, Desa Simpang Gaung, Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir diserang seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) Sabtu (2/3) lalu. Kejadian naas itu menimpanya  ketika sedang mencari kayu di hutan.

Pria berusia 31 tahun itu mengalami luka cukup parah, terutama pada bagian kepala dan punggung. Sampai saat ini korban masih trauma dan mengalami kesakitan di bagian tubuh yang terkena gigitan dan cakaran binatang buas tersebut.

Berdasarkan pengamatan kontributor Genpi.co kawasan Riau, konflik harimau dan manusia di kabupaten Indragiri Hilir provinsi Riau sudah berulang kali terjadi. Kejadian pertama adalah kemunculan harimau betina dewasa bernama Bonita.

Bonita telah memangsa  dua penduduk di kawasan PT THIP pada rentang waktu  Januari hingga Maret 2018. Korbanya adalah seorang perempuan bernama Jumiati dan laki-laki bernama Yusri.

Selanjutnya, pada bulan November 2018. Lagi-lagi harimau muncul di kabuapaten Indragiri Hilir, tepatnya di Pulau Burung. Harimau berkelamin jantan itu sempat terjebak di lorong-lorong rumah toko di pasar. Petugas hanya membutuhkan waktu kurang dari dua pekan sebelum berhasil menangkap hewan predator itu dengan cara ditembak bius.

Kejadian terakhir sejauh ini adalah yang menimpa Mardian.

Sampai berita ini diterbitkan, tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau masih melakukan penyisiran harimau di lokasi kejadian dan melakukan sosialisasi kepada warga desa terdekat terkait satwa dilindungi itu.

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono menyampaikan, penyerangan harimau yang menerkam Mardian lokasinya sangat jauh dari kawasan permukiman. Tepatnya berada di hutan produksi Lansekap Kerumutan.

“Dari semua itu bisa ditarik kesimpulan, kejadian berada di kawasan hutan, setidaknya kawasan hutan produksi yang merupakan masih Lansekap Kerumutan. Bisa dipastikan di situ habitat harimau,” kata Suharyono kepada wartawan di Pekanbaru, Selasa (5/3)

Ia menjelaskan, lokasi tersebut bahkan sangat jauh untuk dijangkau oleh Tim BBKSDA Riau. Tim harus tiga kali berganti moda transportasi mulai dari mobil, motor hingga kepompong, sebutan lokal untuk kapal kayu.

“Perjalanan dengan kepompong juga hanya bisa mencapai daerah Parit Simpang Gaung 3, dan selanjutnya berjalan kaki yang diperkirakan jaraknya 15 kilometer ke tempat kejadian. Bahkan, pada pagi ini tim tersebut juga tidak bisa dihubungi.  Diduga karena tidak ada jaringan telekomunikasi di sana,” pungkasnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred
Harimau   Riau   konflik   mangsa   karnivora  

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co