GenPI.co - Hubungan manusia dengan hewan memang tidak bisa dianggap sepele. Kehadiran hewan peliharaan di kehidupan seseorang memiliki manfaat yang banyak. Hewan sering kali jadi teman ketika sedang kesepian.
Bahkan, dilakukan secara sadar maupun tidak, orang yang memelihara hewan sering mengajaknya berbicara layaknya manusia.
BACA JUGA: Ternyata Kunci Umur Panjang Manusia Ada di Anjing
Eits, jangan dulu menganggap itu sebagai tanda gila. Justru sebaliknya, ngobrol dengan hewan peliharaan merupakan tanda kecerdasan pemiliknya.
Antropomorfisme merupakan sebutan bagi mereka yang seolah memanusiakan benda mati atau makhluk hidup lain seperti hewan atau tumbuhan.
Ada yang melakukan terang-terangan, menjadikan hewan jadi tempat berkeluh kesah dan mengobrol. Ada pula yang melakukannya secara tidak sadar, seperti mengucapkan “Kok, kucingnya galak, ya”.
Studi dari Nicholas Epley seorang profesor ilmu perilaku di University of Chicago mengungkap fakta bahwa hal itu terjadi karena ada dorongan dari manusia untuk menggunakan kecerdasannya.
Epley menyebutnya sebagai cara otak manusia untuk belajar merasakan pikiran atau berempati.
Ilmuwan lain dari London School of Economics and Political Science Satoshi Kanazawa mengungkap bahwa antropomorfisme merupakan jenis manusia paling progresif.
BACA JUGA: Yang Hobi Pelihara Guguk, Perhatikan Dogfood yang Tepat
Sayangnya, anggapan aneh di masyarakat terhadap hal tersebut turut memengaruhi perkembangan antropomorfisme ketika dewasa. Semakin bertambah umur, semakin berkurang kemampuannya.
Jadi, tak perlu lagi malu atau takut dianggap gila. Jika kenyataannya, berbicara dengan hewan bisa mengasah otak dan menumbuhkan empati.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News