Si Imut, Kukang Albino Dilepas di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

19 Maret 2019 10:35

GenPI.co— Kukang Biasanya bewarna cokelat tua, merah, atau abu-abu, namun di Indonesia, binatang imut-imut itu, ada yang berwarna putih. 

“Ini adalah kukang albino pertama yang diketahui keberadaannya di dunia, karenanya sangat langka sekali,” kata Program Director Iinternational Animal Rescue Indonesia Karmele Llano Sanchez dalam siaran persnya.

Kukang ini diselamatkan dari warga yang hendak menjualnya. Beruntung pihak Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) berhasil menyelamatkan dan merawatnya sampai pulih. 


Kukang albino saat mendapat perawatan (foto: International Animal Rescue)

Setelah pulih di konservasi, kukang super langka ini akhirnya dilepas ke alam bebas. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan seluas 320.000 hektare,  menjadi habitat baru bagi si kukang albino. 

Seperti diketahui, taman nasional ini memiliki ekosistem lengkap, mulai dari ekosistem pantai, hutan hujan dataran rendah, sampai ke hutan hujan pegunungan. Taman Nasional ini juga merupakan lokasi terakhir hutan hujan tropis di daerah Lampung.

Indonesia memiliki tiga jenis kukang. Lembaga konservasi Internasional IUCN mendata bahwa ketiga jenis kukang ini memiliki status beragam.

Nycticebus javanicus alias kukang jawa berstatus sangat terancam punah. Nycticebus coucang alias kukang sumatra berstatus rentan. Nycticebus menagensis alias kukang kalimantan juga berstatus rentan.

Belum diketahui berapa jumlah kukang albino di alam bebas, namun mereka terancam karena ulah manusia. Kukang diburu dan diperdagangkan secara tidak resmi karena dijadikan tumbal pembangunan jalan atau jembatan. 

Menurut mitos yang dipercaya masyarakat, jalan dan jembatan yang mendapatkan tumbal kukang dapat bertahan lama.

Walau lucu dan menggemaskan karena gerakan lambannya yang terkesan pemalas, kukang bukanlah hewan yang bisa dipelihara. Kukang ditengarai berpotensi menularkan penyakit cacingan kepada manusia. 


Kukang albino (foto: International Animal Rescue)

Penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Hewan IPB menemukan jumlah cacing gilig (nematoda) dan cacing pipih (cestoda) yang cukup tinggi pada kotoran kukang. 

Penularan dapat terjadi kontak langsung antara Kukang dengan manusia atau melalui telur cacing yang terbawa udara, lalu terhirup oleh manusia atau melekat pada pakaian dan makanan manusia.

Karena itu, bila traveler penasaran sekali ingin melihat kukang albino, jangan membeli dan memeliharanya, melainkan berkunjunglah ke Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang berada 94 kilometer di sebelah barat kota Bandar Lampung. 

Tempat tinggal mereka adalah di alam bebas bukan di dalam kandang di rumah.


Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Linda Teti Cordina Reporter: Robby Sunata

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co