Duh, Desah Suara Sopir Angkot ini Makin Bikin Aku Lemas

28 Januari 2021 15:55

GenPI.co - Derasnya air hujan menghujam atap angkot yang kunaiki pagi itu saat perjalanan menuju kantor.

Sebagian celana panjangku basah saat berjalan menuju depan komplek rumah tempat angkot ini menunggu penumpang.

BACA JUGA: Suara Sopir Angkot itu Bikin Tubuhku Merinding Tak Keruan, Oh...

Untungnya, rambutku diikat, jadi tak seberapa terlihat lepek. Kalau saja tadi rambutku teruari, aku akan terlihat kucing yang tercebur ke saluran air.

Butuh 20 menit naik angkot untuk menuju stasiun kereta. Jadi, pasti ini akan menjadi 20 menit yang menyengsarakan.

Aku yang terlihat tak dalam penampilan maksimal, duduk di sebelah sopir angkot yang terlihat sangat keren. Parasnya sangat tampan. Bahkan, kami juga terlihat seumuran.

Jika aku hanya membicarakan ketampanannya, mungkin akan terlupa fakta bahwa orang ini sudah dua minggu berturut-turut mangkal di depan komplekku setiap pagi.

Tak mungkin dia tidak mengenaliku, karena aku setiap pagi selalu memilih kursi di sebelah sopir. Selama dua minggu ini pasti dia sadar akan kehadiranku.

Menepis rasa was-was bahwa orang ini bisa saja seorang maling, aku pun memberanikan diri untuk memulai percakapan.

“Deras ya hujannya,” kataku setengah berbisik.

Supir angkot tampan itu menoleh ke arahku. Rupanya, dia tak mendengar ucapan tadi dan memintaku untuk mengulanginya lagi.

Wajar, hantaman air hujan ke atap angkot terdengar bising sekali. Aku pun mengulangi ucapanku dengan sedikit teriak. Sopir tampan pun tertawa.

“Iya, kak. Bulan Januari sih,” katanya.

Suaranya membuatku berdebar, sebab rasanya seperti desah yang menjalari telingaku di antara riuh bunyi desing hujan di atap angkot.

Sejenak aku diam, meresapi kata-kata itu dengan cermat lalu membiarkannya menyelusup masuk ker relung yang paling dalam di hatiku, bagai air hujan yang mengisi celah-celah tanah yang meranggas usai kemarau setengah tahun. 

Aku kemudian membalasnya dengan paparan bahwa Januari adalah puncak musim hujan dan tahun ini adalah tahun basah karena tiupan angin El Nino.

Supir tampan itu terlihat kebingungan. Dahinya tampak berkerut.

“Kan, Januari itu singkatan hujan setiap hari, kak,” jawabnya.

Aku pun tertawa mendengar jawabannya. Mendengarku tertawa, dia pun ikut tersenyum.

Senyuman manis itu membuatku meleleh dan makin menggigil di tengah dinginnya terpaan angin. Lemas sekali aku saat ini.

BACA JUGA: Usai Kau Baca Surat ini, Ku Telah Berlalu Bersama Derai Air Mata

Rasanya, hari itu aku tak mau ke kantor dan hanya ingin ikut dia berkeliling kota saja naik angkot ini.

Sampai di stasiun, aku pun membayar tarif angkot ke sopir tampan.

Saat aku sedang siap-siap untuk turun dan mengembangkan payungku, sopir tampan memanggilku. Aku pun menoleh ke arahnya.

“Kak, kerja juga dong Sabtu-Minggu. Saya kemarin nungguin Kakak juga, loh. Boleh, ya?” tanya supir tampan.

Aku seketika tertegun lalu meneruskan langkahku dengan mengulum senyum sejuta arti(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co