GenPI.co - Menristek/Kepala Badan Riset dan Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, obat herbal tidak hanya berarti fitofarmaka, tetapi juga untuk imunomodulator.
Dia pun mendukung peningkatan pengembangan imunomodulator berbasis keanekaragaman hayati Indonesia.
BACA JUGA: Menristek Bambang Blak-blakan soal Alat Tes Covid-19 Kalbe Farma
Menurut Bambang, hal itu sangat penting dalam menjaga daya tahan tubuh di tengah pandemi covid-19.
"Dalam kondisi vaksinasi masih jauh dari selesa, kita masih butuh imunomodulator untuk meningkatkan daya tahan tubuh," kata Bambang sebagaimana dilansir Antara, Selasa (30/3).
Dia juga mendukung pengembangan bahan baku obat dalam negeri berbasis biodiversitas yang melimpah di tanah air.
Saat ini Indonesia masih mengalami ketergantungan pada bahan baku impor.
Sebab, lebih dari 90 persen bahan baku masih didatangkan dari luar negeri.
Oleh karena itu, riset dan pengembangan keanekaragaman hayati untuk memproduksi bahan baku obat dan imunomodulator harus digenjot.
“Selama ini kita terkecoh seolah obat itu buatan Indonesia. Obat produk akhirnya betul buatan Indonesia, tetapi bahan bakunya yang kimia itu 95 persen impor,” kata Bambang.
BACA JUGA: Menristek: Mutasi Corona Tidak Ganggu Pengembangan Vaksin
Dia mengakui tahapan-tahapan untuk sampai ke produk obat yang berkualitas dan memiliki izin edar tidak mudah.
Oleh karena itu, kegiatan tinjauan sistematis, studi bioinformatika, dan uji klinis harus dilakukan. (ant)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News