Kisah Mualaf: Sering Mimpi Salat, Orang Tua Sempat Tidak Tahu

10 April 2021 22:32

GenPI.co - Namaku Ni Putu Dina Puspita Sari. Aku adalah seorang mualaf. Setelah memeluk Islam, aku memiliki nama lain, yaitu Sarah Nur Aulia Hilma.

Semenjak kecil, aku sering sekali bermimpi tentang salat. Aku pernah bermimpi salat di Masjid Kubah Mas.

BACA JUGA: Kisah Mualaf: Puasa Pertama Lemas dan Mau Pingsan

Aku juga beberapa kali juga di Istiqlal. Mimpi yang paling nyata ialah saat aku bermimpi salat Magrib di salah satu tempat yang luas.

Tempat tersebut putih bersih. Bangunan yang ada di dalam mimpi itu pun terasa asing sekali.

Aku bahkan mengingatnya dengan detail dan sempurna. Di dalam mimpi itu, aku salat hingga salam.

Setelah beberapa lama dari kejadian di dalam mimpi itu, aku membaca sebuah berita yang memperlihatkan aku sebuah tempat yang pernah kudatangi dalam mimpi.

Aku tahu bahwa tempat di dalam mimpiku itu adalah Madinah. Di sana terdapat banyak sekali payung kanopi berjejeran yang bisa membuka dan menutup.

Setelah mengetahui hal itu, aku pun mencari tahu berbagai hal tentang Islam.

Aku mencari tahu tata cara salat hingga kisah-kisah nabi. Sampai akhirnya pada 2008 terbesit keinginan untuk memeluk Islam.

Akhirnya aku dibantu teman-teman kampus HMI untuk mendaftarkan diri untuk pengislaman di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.

Pada titik ini, aku mendaftarkan diri tanpa restu dari orang tua. Aku yakin mereka pasti marah jika mengetahuinya.

Setelah itu, aku pun memeluk Islam, tepatnya pada Jumat. Teman-temanku menyaksikannya.

Yap, benar. Respons orang tuaku seperti dugaanku. Mereka kecewa aku berpindah agama.

Aku memutuskan untuk pindah sementara ke sebuah indekos di dekat kampus saat itu.

Akan tetapi, beberapa lama setelah aku tinggal sendiri, ibuku pun menghampiri.

Beliau mengajak aku serta ayah berbicara baik-baik. Sesampainya aku di rumah, ayah pun menerima keputusanku menjadi mualaf.

Akan tetapi, saat itu beliau memberikan sebuah syarat, yakni aku tidak mengenakan hijab.

Setelah menjadi mualaf, aku merasa proses belajar agama tidak terlalu sulit.

Sebab, banyak temanku yang membantu. Selain itu, sejak kecil aku sudah belajar agama Islam di sekolah.

Setiap ada pelajaran agama, biasanya aku tidak ikut keluar bersama teman-teman nonmuslim yang lain.

Oleh sebab itu, aku menjadi lebih mudah dalam mempelajari soal Islam.

Namun, aku merasa sangat kesulitan salat dan mengaji di rumah.

Aku akhirnya selalu ke masjid. Semenjak mualaf, aku sebisa mungkin tidak melewatkan salat.

Terkadang aku kesiangan untuk melaksanakannya. Namun, aku terus berusaha memperbaiki diri.

BACA JUGA: Cerita Mualaf: Puasa Pertama, Buka Kulkas, Hampir Saja

Sebagai mualaf, aku sangat merindukan Ramadan. Di rumah, aku melaksanakannya sendiri karena kedua orang tuaku berbeda keyakinan. 

Akan tetapi, aku selalu menyempatkan diri untuk berbuka puasa bersama teman-temanku. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng Reporter: Panji

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co