Cerita Bau Nyale di Lombok Ternyata Seperti Ini

07 Maret 2018 06:39

Puluhan ribu orang berkumpul di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Selasa (6/3). Masyarakat biasa, pejabat pemerintahan, sampai wisatawan, semuanya kompak berburu Nyale. Tujuan ngumpulnya puluhan ribu orang itu memang hanya satu: berburu cacing Nyale.

Nama Nyale dulunya terasa sangat asing. Namun saat ini menjadi sangat familiar  berkat even tahunan yang diselenggarakan di Bumi Tatas Tuhu Trasna Mandalika,  Lombok Tengah. Perayaan yang selalu digelar setiap Februari sampai Maret selalu meriah.

Menurut kepercayaan masyarakat Suku Sasak,  Nyale adalah biota laut jelmaan Putri Mandalika yang dikenal memiliki kecantikan luar biasa.  Sosoknya yang rupawan dan perangainya yang santun, membuatnya banyak dicintai rakyatnya. Kelembutan,  keramahan dan kebijaksanaannya membuat banyak Pangeran berdecak kagum padanya.

Suatu hari kerajaan Sekar Kuning mendapat banyak kunjungan dari para pangeran seantero Nusantara yang sengaja datang untuk meminang Sang Puteri. Saat itu,  Sang Puteri sangat terpukul. Dia bingung dalam menentukan pilihannya. Bila memilih salah satu Pangeran, dia khawatir akan terjadi perpecahan.

Akhirnya Sang Puteri memutuskan untuk pergi bersemedi. Dia lantas meminta para dayangnya turut serta menaiki sebuah bukit di sekitar area Pantai Seger Mandalika.

Di atas bukit,  Sang Puteri memutuskan untuk tidak memilih siapapun. Di sisi lain, dia ingin menjadikan dirinya dapat dimiliki oleh siapapun dan darimana pun.

Sang Putri akhirnya menceburkan diri ke laut. Dia menjatuhkan diri ke karang dan tersapu ombak. Pesan terakhirnya, pengorbanannya itu akan menjadikan dirinya sebagai sesuatu yang dapat dinikmati dan dimiliki oleh semua pangeran dan masyarakatnya.

Masyarakat yang melihat pun menjadi panik dan mencari Sang Puteri. Namun semua upaya masyarakat gagal. Sesaat kemudian, dari atas permukaan air tampak sosok kecil berwarna warni mirip karet gelang muncul dari laut. Jumlahnya makin banyak. Masyarakat sekitar kemudia menyebut biota tersebut dengan nama Nyale. Dalam bahasa Indonesia, itu berarti cacing laut.

Hingga kini,  Nyale dianggap sebagai biota unik dan sakral.  Menurut keyakinan orang Sasak,  semakin banyak nyale yang didapat maka rezeki pada tahun tersebut akan banyak. Dan Nyale dipercaya dapat menyuburkan tanah masyarakat dan meningkatkan hasil pertanian masyarakat. Yang uniknya lagi, alam selalu memperlihatkan tanda-tanda. Saat Nyale muncul di Pantai Seger Mandalika, biasanya dibarengi dengan gemuruh di langit utara. Ada juga hujan angin. Bahkan sampai  ombak pantai selatan yang ganas.

Sampai sekarang, "The history of nyale" masih tersimpan kuat dalam ideologi masyarakat. Tradisinya masih tetap terjaga dalam tradisi budaya leluhur turun temurun suku Sasak Lombok. Yang penasaran, silakan tunggu episode-episode berikutnya di Festival Bau Nyale.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Agus Purwanto

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co