Mimpi Tunjung Populerkan Jamu ke Milenial

11 Desember 2020 09:50

GenPI.co - Sedari kecil Tunjung Oktaviarti sudah akrab dengan minuman jamu. Dia tinggal di sebuah desa di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Di tempat tinggalnya tersebut, budaya minum jamu masih kental. Tunjung mengaku sering dipaksa minum jamu sejak dia kecil.

BACA JUGAPengusaha Sukses: Dari Angkat Koper Tamu, Kini Punya Kapal Pesiar

“Dulu saya dicekoki minum jamu sama ibu. Ibu minum kunyit asem, saya minum beras kencur,” kata Tunjung kepada GenPI.co pada Selasa (8/12/2020).

Berawal dari paksaan tersebut, dia jadi tertarik dengan dunia jamu. Terutama tentang manfaatnya dan kenapa hingga hari ini jamu masih dianggap sebagai minuman kuno, dan memiliki rasa yang pahit.

Dia bahkan sampai mengambil kuliah dengan jurusan jamu di Politeknik Kementerian Kesehatan.

Berbekal ilmu yang dia dapat di perkuliahan itu, Tunjung mulai merancang model bisnisnya pada 2019. Dia menamai tokonya dengan nama Tjamoe.

BACA JUGA: Di Tangan Pemuda Ini, Cuan Rengginang jadi Renyah Banget

Tjamoe adalah harapan dan doa dari Tunjung, yang menginginkan minuman jamu tidak punah dan tetap lestari. Salah satunya adalah dengan cara menyasar anak muda.

Dia memulainya dengan mematahkan mitos-mitos pada minuman jamu. Terutama mitos jamu yang selalu memiliki rasa pahit.

“Ada yang bilang jamu pahit, kami bikin varian jamu yang manis,” katanya.

Lalu, dia juga melakukan terobosan dengan membuat jamu kemasan dan jamu godok. Selain itu, sisi kemasan juga jadi perhatian utama Tunjung.

“Kami bikin kemasan yang kekinian. Ini untuk menjawab jamu itu tidak kuno,” ujar Tunjung.

Tunjung rutin mengunggah barang dagangannya ke media sosial. Menurutnya, medsos merupakan cara yang tepat ketika ingin menyasar anak muda.

Terbukti, pelan-pelan bisnisnya mulai diminati banyak orang. Terlebih, saat pandemi, dia mengaku omzet bisnisnya naik tajam.

“Mungkin sampai 80 persen dari biasanya, ya,” kata dia.

Tjamoe sendiri memiliki 7 varian produk serbuk dan 7 varian produk godok. Adapun, menunya seperti wedang uwuh, kelor, temulawak, beras kencur, jahe merah, kunyit asem dan lainnya.

Tunjung senantiasa menjaga kualitas produknya dengan cara bekerja sama dengan petani di Wonogiri. J

Jadi, setiap rempah-rempah yang dia dapatkan adalah hasil bumi di daerahnya sendiri.

Saat ini omzet bisnisnya jutaan rupiah per bulannya. Ke depan selain mengandalkan media sosial, Tunjung juga akan membuat sebuah outlet yang menjajakan barang dagangannya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co