Kisah Jatuh Bangun Perusahaan Maskapai Sriwijaya Air

17 Januari 2021 21:50

GenPI.co - Maskapai Sriwijaya Air mengalami jalan terjal dalam membangun bisnisnya.

Pertama kali mengudara pada 10 November 2003, Sriwijaya Air terus berusaha tak mengalami kecelakaan bisnis.

BACA JUGA: Pertemuan Sriwijaya Air dengan Keluarga Korban, Tangis Pecah

Sriwijaya Air didirikan oleh keluarga Lie, yakni Chandra Lie dan Hendry Lie bersama Johannes Bunjamin dan Andy Halim.

Awal kemunculan Sriwijaya Air sebenarnya cukup disambut baik. Bahkan, ia menjadi pemain penting dalam dunia aviasi di Indonesia.

Meroketnya Sriwijaya Air tidak lepas dari peran besar bos Sriwijaya Air. Sebagai salesman di bidang Garmen, Chandra Lie telah ditempa perjuangan bisnis yang berat.

Mimpinya membangun bisnis pesawat sendiri mulai muncul saat dirinya mendirikan agen perjalanan Rajawali Tour dan Travel pada 1994.

Bisnis agen perjalanan ini yang kemudian mengenalkannya dengan beberapa maskapai Tanah Air.

Dia memulainya dengan satu pesawat Boeing 737-200, kini 48 pesawat dengan berbagai tipe sudah berjejer di markas besar Sriwijaya. Adapun, total rute penerbangan maskapai ini mencapai 53 tempat.

BACA JUGA: Sriwijaya Air Jatuh, Ucapan Nikita Mirzani Keren Banget

Moncernya bisnis pesawat saat itu sampai membuat dua bos besar Sriwijaya Air itu masuk Majalah Globe pada 2018. Keduanya didapati memiliki kekayaan yang mencapai Rp 4,51 triliun.

Namun, setelah pencapaian itu Sriwijaya Air seolah menemui jalan buntu dan terjal. Utangnya ke berbagai perusahaan BUMN menumpuk sekaligus terus membengkak. Utang ke PT Pertamina misalnya sudah mencapai sekitar Rp942 miliar.

Perusahaan maskapai plat merah Garuda Indonesia ingin membantu Sriwijaya Air. Keduanya akhirnya membentuk kesepakatan yang menandai era penting bagi Sriwijaya.

Meskipun demikian, hubungan Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia tak selalu baik. Kisruh antarpimpinan dan perbedaan pendapat sampai membuat kesepakatan bisnis lanjutan berjalan alot.

Di tengah permasalahan yang semakin pelik, kabar duka Sriwijaya Air SJ-182 mengemuka. Jatuhnya pesawat mereka memunculkan banyak spekulasi lain tentang masa depan maskapai tersebut.

Tak bisa dimungkiri, tragedi pesawat jatuh sering kali menandai kejatuhan bisnis pula. Sebut saja Adam Air, Flash Airlines, hingga Malaysia Airlines.

Kini dua bos besar Sriwijaya Air sedang menimbang dengan matang perencanaan maskapai mereka ke depan, sekaligus memikirkan pencarian korban jatuhnya SJ-182 di sekitar Kepulauan Seribu. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Landy Primasiwi Reporter: Chelsea Venda

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co