#54 Hari Belanja Diskon Indonesia

03 September 2018 11:38

Rabu, 8 Agustus lalu saya bersama Gubernur Sumatera Selatan Pak Alex Noerdin dan Ketua Umum HIPPINDO (Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan lndonesia) Pak Budiharjo Iduansjah meresmikan pembukaan Hari Belanja Diskon Indonesia (HBDI) di Palembang. HBDI juga bisa diartikan Happy Birthday Indonesia, karena selalu diadakan di bulan Agustus. Untuk kali ini, HBDI sangat istimewa karena dihelat untuk menyukseskan Asian Games 2018 dimana kita menjadi tuan rumah.

Pak Presiden memang meminta agar saat Asian Games berlangsung ada diskon harga besar-besaran di pusat-pusat perbelanjaan di seluruh Indonesia, khususnya di Jakarta dan Palembang. Sekaligus menyambut Hari Kemerdekaan ke-73, angka diskonnya sengaja dibikin unik: besaran diskonnya hingga 73%; memberikan harga khusus Rp 73 ribu; dan ada diskon istimewa untuk mereka yang berusia 73 tahun.

Bagi kita event akbar seperti Asian Games adalah peluang emas untuk mendatangkan wisatawan khususnya wisatawan mancanegara. Karena itu seperti sudah sering saya katakan, event sport tourism tak bisa berdiri sendiri. Untuk menarik minat wisatawan, ajang olahraga sebagai daya tarik saja tidak cukup. Diperlukan adanya kegiatan pendukung seperti HBDI ini. Kita juga menyiapkan tujuh destinasi dan 75 paket wisata untuk menyongsong kedatangan 170 ribu wisatawan dari gelaran Asian Games.

Terkait wisata kuliner dan belanja (kulja), dengan agak berat ingin saya katakan bahwa Indonesia belumlah menjadi salah satu negara yang menjadi surga belanja, khususnya bagi para wisatawan. Padahal di seluruh dunia sekitar 30 sampai 40 persen spending wisatawan adalah di kuliner dan belanja.

Kenapa bisa demikian?

Ada dua faktor yang menyebabkan sektor perbelanjaan di Indonesia belum menggairahkan bagi wisatawan, yakni regulasi dan teknologi. Pertama, peraturan yang mendukung wisata belanja perlu disesuaikan agar bisa bersaing secara regional dan global. Kedua, kita harus berani melakukan transformasi digital dengan mendorong event seperti HBDI menggunakan teknologi online.

Tax Refund

Untuk mendorong Indonesia menjadi salah satu surga belanja dunia kebijakan mengenai tax refund (sistem pengembalian pajak) bagi para wisman belanja merupakan hal penting. Celakanya, tax refund ini di Indonesia belum menjadi kelaziman layaknya negara tetangga seperti Singapura.

Branded product yang dijajakan di Singapura, Jepang atau Korea Selatan jauh lebih murah dibandingkan mal-mal di Jakarta salah satunya karena penerapan insentif berupa tax refund di negara-negara tersebut sangat efektif. Di Indonesia untuk mendapatkan branded items dengan skema tax refund hanya terbatas pada toko bebas bea atau sering dikenal dengan Duty Free Shop yang jumlahnya masih terbatas. Di negara-negara lain, bebas pajak diberikan di toko manapun yang berpartisipasi dalam tax free dengan cukup menunjukkan paspor asing. Di Jepang, sebagai contoh, sejak bulan Juni 2018 wisatawan bisa mendapatkan bebas pajak dengan menunjukkan paspor asing ketika mereka membeli produk konsumsi contoh: makanan, kosmetik, minuman beralkohol (bisa dikonsumsi saat masih berada di Jepang) dan produk umum contoh: perhiasan, pakaian, barang elektronik (digunakan setelah meninggalkan Jepang) dengan nilai belanja min ¥5.000  (Rp. 650.000) s/d ¥500.000 (Rp. 66 juta) dalam 1 hari.

Memang Pemerintah sudah memberlakukan kebijakan tax refund sebesar 10 persen (diatur dalam UU No. 42 Tahun 2009) sejak tahun 2010 namun harus diakui implementasinya masih belum menggembirakan. Menurut Ditjen Pajak, jumlah pemohon tax refund oleh turis asing dalam waktu 3 tahun terakhir rata-rata baru 1.000 pemohon per tahun, masih sangat kecil. Dibandingkan dengan Singapura, diyakini jumlah pemohon tax refund mencapai ratusan ribu atau jutaan wisman.

Diyakini kebijakan tax refund telah dikaji oleh Kementerian Keuangan dan diyakini pula semua anggota HIPPINDO berkomitmen untuk mendaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak untuk mendapatkan skema tax refund. Dengan demikian, tax refund benar-benar menjadi daya tarik wisata belanja yang lebih mudah dipromosikan.

Ada beberapa peraturan tax refund yang perlu kita kaji dan perbarui.

Pertama adalah relaksasi peraturan dengan menurunkan batasan maksimal refund secara cash di bandara atau mal-mal yang ditunjuk. Ketentuan yang berlaku saat ini satu faktur belanja yang bisa di-refund oleh wisman (minimum spending) adalah Rp 5 juta. Saya ingin nilai ini bisa diturunkan menjadi hanya Rp 1 juta. Di negara pesaing, nilai belanja setara Rp 1 juta sudah bisa di-refund. Di Singapura misalnya, 100 dolar Singapura sudah boleh di-refund.

Kedua, proses pengembalian pajak juga harus disederhanakan dan dipermudah. Singapura sangat baik melakukan hal ini. Di negara ini tax refund bisa dalam bentuk uang kas, cek, atau voucher menarik yang mendorong wisman berkunjung kembali. Mereka juga menerapkan tax refund elektronik sehingga wisman tak perlu lagi antri.

Di samping itu waktu klaim tax refund juga di Indonesia harus diperpanjang. Waktu klaim yang berlaku sekarang adalah 1 bulan setelah belanja, saya ingin masa klaim ini diperpanjang hingga 3 bulan. Tujuannya agar wisman datang lagi ke Indonesia, kalau buru-buru nggak apa-apa, dia sudah punya simpanan banyak tax refund bisa klaim lagi.

Ketiga, kita harus meningkatkan jumlah jumlah PKP (Pengusaha Kena Pajak) dan Toko PKP sehingga jumlah peserta tax refund akan semakin banyak, karena untuk mendapatkan skema tax refund, harus berstatus sebagai PKP terlebih dahulu.

Belajar dari Singapura

Saya sering mengatakan, cara paling mudah dan paling cepat untuk memenangkan persaingan adalah dengan melakukan benchmarking. Terkait tax refund, kita harus banyak belajar dari Singapura. Kita tahu Singapura adalah salah satu surga belanja di dunia dan menuai sukses salah satunya karena kebijakan tax refund yang efektif.

Singapura memberlakukan tax refund dengan menerapkan GST (Goods and Service Tax) sejak 1994 sebesar 3 persen sampai dengan 7 persen. Jadi setiap turis yang membeli barang di seluruh wilayah Singapura dan dikenakan GST dapat melakukan klaim untuk mengembalikan pajak tersebut pada saat turis akan keluar dari Singapura.

Ada dua operator pengembalian GST yaitu Global Refund dan Premier Tax Free. Toko-toko yang bekerja sama dengan kedua operator ini biasanya memasang tanda “Tax Refund” atau salah satu logo dari operator GST. Wisman berhak menukar hingga 3 faktur yang sama dari toko yang memiliki nomor registrasi GST yang sama untuk memenuhi pembelian minimum SGD100. Di Singapura, pengajuan pengembalian GST harus dilakukan dalam kurun waktu dua bulan setelah pembelian produk.

Toko atau outlet yang tidak tergabung dalam program GST refund bisa menjalankan program tax refund sendiri. Setiap toko tersebut bisa saja memiliki kebijakan berbeda satu sama lain Misalnya, tax refund bisa dalam bentuk uang kas, cek atau voucher menarik yang membuat wisman berkunjung kembali.

Untuk memudahkan wisman melakukan pengembalian pajaknya pemerintah Singapura memberlakukan eTRS (The Electronic Tourist Refund Scheme). eTRS ini membantu pelayanan tax refund bagi turis sehingga tidak perlu mengisi form pengembalian yang dikeluarkan oleh toko yang berbeda-beda, tak perlu antri, dan tidak banyak membuang waktu. Ditambah lagi eTRS ini user-friendly dengan penggunaan banyak bahasa yang berbeda.

HBDI Go Online

Di samping masalah regulasi terkait tax refund, saya juga mendorong agar HBDI bisa “go online”. Kemudahan berbelanja melalui teknologi digital menjadi hal penting untuk mendorong wisman berbelanja di Indonesia. Karena itu saya meminta HBDI online harus menjadi bagian dari perhelatan tahunan ini.

Dari sisi pemasaran, ritel online menawarkan segudang kelebihan dibanding ritel tradisional seperti: kemudahan, kenyamanan, kecepatan dalam mencari informasi dan bertransaksi; harga yang lebih kompetitif (more for less); dan jangkauan pasar yang lebih luas. Dengan berbagai kelebihan tersebut ritel online berpotensi mendatangkan omset yang jauh lebih besar.

Contoh program diskon online yang berhasil adalah Hari Jomblo Internasional (Single’s Day) di Tiongkok dan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) di Tanah Air. Hari Jomblo Internasional yang digelar  November 2017 oleh Alibaba mampu mencetak rekor penjualan tertinggi di dunia mencapai sekitar USD 25 miliar. Sementara Harbolnas yang diselenggarakan bulan Desember 2017 dan melibatkan lebih dari 250 e-commerce mampu mencetak penjualan hingga Rp 4,7 triliun.

Beberapa program diskon juga mulai mengembangkan online presence untuk lebih mendongkrak penjualan. Contohnya Garuda Indonesia Travel Fair (GATF). Setelah sukses menggelar GATF secara offline, sejak 2016 Garuda Indonesia mulai meluncurkan Garuda Indonesia Online Travel Fair (GOTF) yang bisa diakses di berbagai digital channel Garuda Indonesia.

Sejarahnya dulu, sayalah yang mendorong manajemen Garuda Indonesia untuk juga membuat GOTF di samping GATF. Kenapa? Karena prioritas utama saya adalah mendatangkan turis inbound. Dengan adanya online presence, maka promo diskon tersebut bisa diakses oleh travellers dari mancanegara sehingga akan meningkakan turis inbound.

Hasilnya rupanya melebihi ekspektasi. Kalau transaksi GOTF pada tahun pertama 2016 (1 event) mencapai Rp 106 Miliar, maka di tahun 2017 (3 event) melonjak menjadi Rp 524 Miliar atau meningkat 5 kali lipat. Tahun ini targetnya adalah Rp 360 Miliar (2 kali), namun saya optimis Garuda Indonesia bisa menembus angka transaksi Rp 1 triliun.

Dengan berbagai kisah sukses tersebut kini saya juga mendorong HIPPINDO untuk go online. Para pengusaha ritel kita harus berani membuat keputusan untuk bertahan dan sukses di era disrupsi digital, artinya mereka harus siap melakukan transformasi digital.

Saya berharap dengan berbagai upaya di atas harapan kita untuk memanfaatkan momentum Asian Games untuk menarik wisman dan devisa sebanyak mungkin akan bisa kita wujudkan.

Salam Pesona Indonesia!

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Paskalis Yuri Alfred

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co