GenPI.co - Aset kripto ternyata tidak takut dengan perang Rusia dan Ukraina. Buktinya, Bitcoin rebond meski tensi geopolitik kedua negara itu makin meningkat
Peran antara Rusia dengan Ukraina turut menyeret harga komoditas terutama energi meningkat.
Tensi geopolitik yang meningkat di kawasan Eropa Timur membuat pasar khawatir kalau disrupsi rantai pasok masih akan berlanjut dan membuat ketidakseimbangan.
Inilah yang dikhawatirkan bakal mendorong inflasi makin tinggi. Harga kripto pada sebelumnya rontok.
Selang dua hari perang Rusia dan Ukraina, Aset kripto seperti Bitcoin rebound dan mendekati level USD 40.000 per koin.
Sementara itu, Ukraina mengharapkan donasi dalam bentuk uang kritpo Bitcoin, Ethereum, dan stablecoin USDT.
Permintaan ini disampaikan Wakil Perdana Menteri Ukraina Mykhailo Fedorov melalui media sosial.
"Berdiri bersama raykat Ukraina. Sekarang menerima donasi uang kripto. Ethereum. Bitcoin dan Tether (USDTtrc20)," tulis Fedorov.
Selain Fedorov, akun Twitter centang biru @Ukraine yang mengklaim di kolom biografi sebagai akun resmi Ukraina juga mengunggah alamat dompet kripto untuk donasi.
Menurut Bloomberg alamat-alamat dompet kripto ini sudah dikonfirmasi benar oleh Victor Zhora, salah satu pejabat keamanan siber Ukraina.
Meski demikian ada perbedaan alamat dompet kripto yang ditulis Fedorov dan @Ukraine, yaitu pada alamat pengiriman USDT.
Pada unggahan Fedorov tertulis USDT menggunakan jaringan TRC20 yang berbasis blockchain Tron.
Sedangkan alamat dompet kripto USDT di unggahan @Ukraine merupakan ERC-20 yang menggunakan blockchain Ethereum.
Alamat dompet kripto yang ditulis dua akun itu diketahui sudah menerima ratusan donasi yang nilainya lebih dari USD 3 juta atau sekitar Rp 43 miliar. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News