GenPI.co - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memaparkan bahwa negara-negara berkembang harus menerapkan kebijakan makro ekonomi dan sistem keuangan yang sehat.
Hal tersebut menjadi langkah antisipasi negara-negara berkembang dalam menghadapi tantangan pemulihan ekonomi global yang didominasi oleh normalisasi kebijakan moneter negara-negara maju.
“Negara-negara berkembang harus menerapkan kebijakan moneter yang mendukung pemulihan ekonomi domestik serta mengatasi dampak spillover dari normalisasi yang dilakukan negara-negara maju,” ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (18/2).
Selain itu, negara-negara berkembang juga perlu merumuskan kebijakan yang mengatur lalu lintas modal (capital flows management).
“Ini penting agar dampak tumpahan (spillover) pasar keuangan global masih bisa mendukung masuknya aliran modal asing untuk pemulihan ekonomi,” ungkapnya.
Perry juga menekankan soal pentingnya penggunaan mata uang untuk perdagangan dan investasi yang kini makin bervariasi.
“Hal ini bisa mendukung ketahanan dari negara-negara berkembang untuk menghadapi global economy spillover,” katanya.
Lebih lanjut, Perry memaparkan pertemuan jalur keuangan (finance track) G20 juga ditujukan untuk menguatkan kembali ketahanan keuangan jangka panjang.
Oleh karena itu, pertemuan itu juga membahas pengelolaan aliran modal asing yang berkelanjutan.
“Kami juga mendorong kaji ulang pandangan Dana Moneter Internasional (IMF) terkait liberalisasi dan pengelolaan arus modal jangka pendek demi memitigasi risiko pandangan itu,” paparnya.
Perry memaparkan negara anggota G20 telah berkomitmen untuk memperkuat jaring pengaman keuangan global (global financial safety net) dari IMF.
“Langkah tersebut bertujuan untuk membantu negara-negara dalam menjaga ketahanan menghadapi gejolak perekonomian global,” pungkasnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News