GenPI.co - Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa pengembangan keuangan berkelanjutan (sustainable finance instrument/SFI) menjadi agenda strategis dalam Presidensi G20 Indonesia 2022.
Gubernur BI Perry Warjiyo memaparkan ada enam agenda prioritas dalam pembahasan sektor keuangan pada Pertemuan G20 2022.
Pertama, menormalisasi kebijakan untuk melakukan proses yang lebih baik, sesuai, dan terkomunikasikan dengan bagus.
Kedua, melakukan formulasi kebijakan terkait efek samping dari pandemi covid-19, sehingga menghasilkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Ketiga, meningkatkan kerja sama sistem pembayaran antarbatas wilayah, termasuk pengembangan mata uang digital bank sentral.
Keempat, melakukan formulasi langkah dalam merealisasikan ekonomi hijau dan pembiayaan berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Kelima, meningkatkan ekonomi dan pembiayaan digital yang inklusif, terutama untuk UMKM, perempuan, dan generasi muda.
Keenam, melakukan koordinasi internasional dalam agenda pajak.
“SFI menjadi jantung dari agenda nomor empat, yaitu melangkah menuju ekonomi hijau dan pembiayaan berkelanjutan,” ujarnya dalam Rangkaian G20 “Scaling Up the Utilization of Sustainable Financial Instruments”, Jumat (18/2).
Menurut Perry, perkembangan SFI sejak 2007 sudah menunjukkan tren yang positif. Tak hanya dalam volume, tetapi juga dari jenis-jenis instrumennya.
“Kita punya instrumen pasar modal dalam bentuk Green, Sustainability, and Social Bond serta pasar pinjaman dalam bentuk Green Loan dan Sustainable Linked Loan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Perry memaparkan sudah banyak institusi keuangan yang mulai menggunakan instrumen pasar uang hijau, seperti Green and Sustainable Report.
“Namun, masih banyak sektor publik dan privat yang menemui tantangan, terutama dalam mengakses dan mengadopsi instrumen tersebut,” paparnya.
Oleh karena itu, Presiden G20 Indonesia 2022 menargetkan pembahasan perjanjian terkait perbaikan aksesibilitas dan keterjangkauan dalam menerapkan SFI.
“Negara anggota G20 harus bekerja sama untuk mengatasi masalah tersebut, termasuk alat penyelarasan pasar untuk menuju pembangunan pembiayaan berkelanjutan,” tuturnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News