GenPI.co - Directur Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira membeberkan dampak perang antara Ukraina dengan Rusia terhadap kondisi perekenomian Indonesia.
Bhima menjelaskan, invasi Rusia terhadap Ukraina bisa menyebabkan harga gandum naik.
Pasalnya, Ukraina merupakan salah satu negara pemasok gandum terbesar.
"Ini adalah situasi yang cukup kritis, ya, khususnya bagi gandum," ujar Bhima Yudhistira kepada GenPI.co, Senin (28/2).
Bhima menyebut harga gandum bakal meningkat sebanyak 13 persen dalam satu bulan terakhir, akibat perang Rusia-Ukraina.
"Jadi, efek kelangkaan gandum dari Ukraina bisa memengaruhi berbagai variabel," lanjutnya.
Dampaknya, para produsen makanan yang memakai bahan dasar gandum akan melakukan berbagai cara untuk memangkas biaya produksi atau menaikkan harga kepada konsumen.
Beberapa makanan yang menggunakan bahan dasar gandum, di antaranya adalah mi instan dan roti.
"Artinya, mi instan dan roti harganya akan lebih mahal dalam jangka waktu pendek atau agak lebih panjang lagi yang jelas akan terjadi penyesuaian harga di level konsumen," jelas Bhima.
Bhima memperkirakan kenaikan harga untuk komoditas mi instan berkisar antara Rp500 hingga Rp1000.
"Tentunya masyarakat yang kelas menengah ke bawah akan terdampak," ucapnya.
Terkait kondisi ini, Bhima menyebut produsen bisa mencari alternatif pemasok gandum selain dari Ukraina.
Beberapa negara pemasok gandum selain Ukraina di antaranya seperti Australia, Amerika Serikat, dan China.
"Karena gandum sudah menjadi bagian dari kebutuhan pokok masyarakat di Indonesia, peran dari pemerintah ini atau bulog akan membantu memfasilitasi para importir untuk mencari negara-negara yang siap memasok gandum ini imbas Ukraina," pungkasnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News