GenPI.co - Harga minyak melonjak tajam pada akhir perdagangan, Senin (7/3) di tengah kekhawatiran perang Rusia Ukraina.
Dilansir dari Xinhua, Selasa (8/3), harga komoditas itu juga naik seiring penambahan sanksi Rusia untuk ekspor minyaknya.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Washington sedang dalam diskusi yang sangat aktif dengan mitra Eropanya tentang embargo impor minyak dari Rusia.
West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April naik 3,2 persen menjadi USD 119,40 per barel di New York Mercantile Exchange pada Senin (7/3), penutupan tertinggi sejak September 2008.
Patokan minyak mentah AS diperdagangkan USD 130,50 per barel semalam.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei naik 4,3 persen menjadi USD 123,21 per barel di London ICE Futures Exchange, setelah sempat mencapai level tertinggi USD 139,13 per barel.
Pekan lalu, WTI melonjak 26,3 persen, sementara Brent melonjak 25,5 persen, di tengah kekhawatiran pasokan.
Investor khawatir risiko geopolitik atas Ukraina akan memperparah inflasi dan mengaburkan pertumbuhan global.
"Harga energi dan komoditas telah meningkat lebih jauh dan membuat prospek inflasi lebih rumit," kata You-Na Park-Heger, analis di Commerzbank Research.
Jika harga minyak naik menjadi USD 125 dolar AS per barel atau lebih tinggi selama dua kuartal, itu akan menghasilkan sekitar setengah persen lebih rendah dalam pertumbuhan PDB global.
Selanjutnya inflasi akan tinggi sehingga memengaruhi daya beli konsumen.
Para ahli mengingatkan akan lebih banyak volatilitas di pasar karena risiko geopolitik atas krisis Ukraina tetap tinggi.
"Krisis tetap menjadi sumber volatilitas lanjutan untuk waktu yang lama sampai titik kebuntuan baru tercapai," kata Mark Haefele, kepala investasi di UBS Global Wealth Management. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News