GenPI.co - Presiden Rusia Vladimir Putin berencana mengalihkan penjualan gas buminya menggunakan mata uang Rubel bagi negara yang kurang bersahabat, termasuk Uni Eropa (UE).
Hal ini menyikapi sanksi-sanksi negara Barat yang diterima Rusia pasacainvasinya ke Ukraina.
Dilansir dari Reuters, Kamis (22/3), Uni Eropa sangat bergantung terhadap sumber pasokan gas bumi Rusia.
Meski invasinya ke Ukraina disorot oleh banyak negara-negara Barat, Putin menjanjikan tetap memasok gas bumi ke pasar.
"Rusia akan terus memasok gas bumi sesuai dengan volume dan harga, tetap dalam kontrak yang disepakati sebelumnya," kata Putin.
"Perubahan hanya terdapat pada mata uang dalam pembayaran, kini diubah menjadi Rubel Rusia," Putin melanjutkan.
Untuk merealisasikan rencana itu, Putin telah memerintahkan jajarannya beserta bank sentral guna merumuskan kebijakan dalam sepekan.
Gazprom, badan usaha milik negara (BUMN) energi Rusia turut ditugaskan untuk membuat perubahan yang sesuai dengan kontrak pembelian gas bumi.
Asal tahu saja, 58 persen penjualan gas bumi Gazprom ke Eropa dan negara lainnya menggunakan mata uang Euro.
Sementara itu, dolar AS berkontribusi sekitar 39 persen dan Poundsterling berkisar 3 persen.
"Prosedur pembayaran yang dapat dimengerti dan transparan harus dibuat untuk (semua pembeli asing), termasuk memperoleh rubel Rusia di pasar mata uang domestik kita," ujarnya.
Rusia telah menyusun daftar negara-negara tidak bersahabat lantaran telah menerapkan berbagai sanksi.
Daftar negara itu, yakni Amerika Serikat, negara Uni Eropa, Inggris, Jepang, Kanada, Norwegia, Singapura, Korea Selatan, Swiss dan Ukraina. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News