GenPI.co - Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memprediksi kenaikan harga pangan terus berlanjut hingga akhir 2022.
Dikutip dari laman Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), salah satu komoditas mengalami kenaikan adalah cabai rawit merah yakni mencapai Rp78 ribu per kilogram.
Bhima pun menyebutkan faktor yang menyebabkan naiknya harga bahan pangan.
"Faktornya bukan karena permintaan yang naik tapi ada gangguang pasokan cukup serius," ujar Bhima kepada GenPI.co, Jumat (10/6).
Selain adanya gangguan pasokan, Bhima juga menyebut faktor lainnya yakni krisis Ukraina yang secara tidak langsung berdampak ke harga pangan dan pupuk dunia.
"Membuat produsen seperti di India sampai melakukan pembatasan ekspor gula dan gandung ke beberapa negara termasuk Indonesia," tuturnya.
Selain itu, berdasarkan data di pasar spot internasional, harga jagung mengalami kenaikan sebesar 10,8 persen setahun terakhir.
"Gandum 57,9 persen di periode yang sama, bukan di Indonesia saja tapi di hampir seluruh dunia input pakan ternak alami kelonjakan harga," lanjut Bhima.
Bhima juag menjelaskan soal harga cabai yang menjadi mahal lantaran harga pupuk non subsidi naik tajam, seperti kenaikan Urea yang melebihi 200 persen.
"Faktor lainnya cuaca dan musim tanam berbeda-beda di beberapa daerah penghasil utama," sebutnya.
Oleh karena itu, Bhima menyarankan pemerintah untuk meningkatkan cadangan pangan nasional, khususnya beras, kedelai, dan jagung.
"Peran Bulog harus lebih dioptimalkan untuk mencegah kelangkaan pangan di daerah," pungkas Bhima Yudhistira. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News