Ini Upaya BRI Cabang Slamet Riyadi Solo Bantu UMKM Naik Kelas

28 April 2024 23:00

GenPI.co - Peran Bank BRI tidak terbatas sebagai lembaga intermediary keuangan saja. Akan tetapi, demi mendukung stabilitas ekonomi dan keberlanjutan usaha para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), BRI juga melakukan pemberdayaan kepada individu pelaku usaha.

Hal ini seperti yang dilakukan BRI Cabang Slamet Riyadi Solo. BRI tak hanya menawarkan kredit usaha rakyat (KUR) untuk pengembangan usaha, tetapi juga  memberikan pendampingan pelaku UMKM. Tujuannya adalah supaya UMKM mampu meningkatkan kualitas produk dan layanan mereka agar bisa bersaing di pasar yang kian kompetitif.

Pimpinan Cabang (Pinca) BRI Slamet Riyadi Solo Agung Ari Wibowo mencontohkan BRI memiliki Rumah BUMN Solo yang terletak Jalan Adi Sucipto No 1B Manahan, Solo. Di tempat ini BRI memberikan edukasi hingga pendampingan untuk meningkatkan kelas UMKM khususnya di Kota Bengawan.

BACA JUGA:  Ada BRImo Bikin Perantau Bisa Transaksi di Mana Saja dan Kapan Aja

Agung membeberkan UMKM di bawah Rumah BUMN Solo dikelompokkan dibikin klaster berdasarkan jenis usaha. Usaha ini mulai dari ultra mikro hingga kecil. Misalnya, UMKM dikelompokkan mana yang industri, kerajinan, dan jasa. Setelah itu usaha ini dipilah lagi berdasarkan omzet yang didapat.

“Misalnya, industri kecil seperti ini mulai dari tata kelola, manajemen keuangan mendasar, produksi seperti apa, packaging. Ini inline nyambung ke KUR. Jadi, saat mereka naik kelas butuh permodalan karena omzet meningkat, otomatis harapan kami larinya ke dana ke kami (BRI),” kata dia saat diwawancara di kantornya, Senin (18/3) lalu.

BACA JUGA:  Nyaris Kehabisan Uang di Pulau Karimunjawa, Wong Solo Bersyukur Ada BRI

Dalam pengelompokan klaster UMKM ini, Agung menerangkan posisi BRI seperti apa. Dia membeberkan kebutuhan mereka apa sehingga mudah mengkategorikan UMKM di Rumah BUMN Solo.

Namun demikian, dia tak memungkiri kondisi di lapangan tidak semudah yang dibayangkan. Salah satu tantangannya adalah para pelaku UMKM ini masih berjualan secara konvensional.

BACA JUGA:  Manjakan Nasabah, BRI Slamet Riyadi Solo Hadirkan Mesin SSB di BRI24

“Di Rumah BUMN Solo ini lebih cenderung dia (UMKM) bisa naik kelas dari pedagang keliling lalu punya tempat itu sebuah pencapaian,” ujar dia.

Agung menyebut tahun lalu BRI cabangnya menyalurkan KUR senilai Rp 976 miliar. Meskipun syarat untuk mengakses KUR bagi UMKM ini cukup mudah, tapi pihaknya tidak bisa sembarangan memberikan pinjaman. Maka dari itu, bank mesti mendeteksi kemampuan dan prospek pelaku usaha supaya KUR yang diberikan tepat sasaran.

“Jangan sampai memberatkan, tidak sesuai kemampuan. Saya mending apa adanya, mereka akan cenderung gampang saat mereka butuh,” imbuh dia.

Agung menjelaskan KUR merupakan bantuan sosial yang memiliki tujuan umum adalah meningkatkan perekonomian masyarakat. Sebagai contoh di Solo, pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara otomatis berdampak positif bagi UMKM.

Tak hanya membikin klaster UMKM, BRI Cabang Slamet Riyadi Solo juga  melakukan closed loop ecosystems. Agung menyebut di era digitalisasi ini diperlukan ekosistem bisnis yang saling menguatkan antara perbankan dan nasabah.

Dia mencontohkan usaha pentol monster (Penmo) Solo milik Harijanto yang merupakan nasabah BRI. Usahanya pun masuk UMKM binaan BRI. Tak cuma memberikan kemudahan KUR, BRI membantu menghubungkan Penmo dengan produsen daging segar yang menjadi bahan baku utama jajanan pentol ini. Kebetulan produsen daging ini juga nasabah BRI.

“Ini closed loop ecosystems, semua terintegrasi menjadi 1. Cara mengawinkan usaha antarnasabah ini lebih efisien,” ungkap dia.

Agung menegaskan jasa layanan perbankan sebenarnya sama, tapi yang membedakan adalah servisnya. Menurut dia, seseorang dianggap banker sukses apabila bisa membikin nasabah lebih kaya dari sekarang.

Caranya adalah banker juga mesti bisa menjadi marketing nasabahnya. Dia memanfaatkan jaringannya (network) untuk dihubungkan (link) sehingga bisa dilakukan link and match antarnasabah BRI.

Bagaimana pun para nasabah yang notabene UMKM ini juga mencari mitra bisnis. Maka dari itu, BRI turut berperan untuk melakukan link and match bisnis para nasabahnya.

“Contoh lain, rumah makan legendaris Adem Ayem Solo ini kami lakukan kerja sama dengan Rukun Sayur dari Boyolali. Nyari sayuran segar, tinggal WhatsApp sekarang,” tutur dia.

Di sisi lain, bank memiliki kewajiban untuk menyalurkan KUR. Apabila UMKM ini mengambil KUR BRI, otomatis mereka terakses perbankan. Dengan demikian, pelaku UMKM makin bisa terpetakan.

“Mereka punya kesempatan ditingkatkan levelnya dari ultra mikro kecil menengah. Dari jumlah pinjaman ke masyarakat, saat menyalurkan kredit ada defaultnya. Kadang analisis bisa keliru, ini evaluasi kami ke depan,” tegas dia.

Sementara itu, salah satu perajin sekaligus pengusaha kok badminton asal Kampung Makam Bergolo, Kecamatan Serengan, Solo, Jawa Tengah, Sarno, tak cuma sukses mengembangkan UMKM miliknya dengan merek T3. Sarno juga membantu masyarakat sekitar dengan membuka lapangan pekerjaan. 

Di balik kisah keberhasilannya mengembangkan bisnis kok, Sarno banyak dibantu Bank BRI. Dia mengaku menjadi nasabah BRI sejak puluhan tahun lalu. Setelah itu dia ditawari untuk pengembangan klaster UMKM shuttlecock melalui permodalan usaha dengan memanfaatkan layanan KUR.

Sarno sampai lupa berapa kali dia mengajukan pinjaman modal ke BRI saking seringnya. Kali pertama dia pinjam sekitar Rp 1,5 juta hingga kini menjadi Rp 100 juta. Alasannya, selain bunganya yang dikenal rendah, layanan yang diberikan Bank BRI juga bagus. 

“Saya pernah pindah bank, mahal sekali bunganya, jadi saya pindah BRI lagi. BRI itu enak mbak, bisa kerja bunganya murah, KUR gampang,” tutur Sarno, saat diwawancara GenPI.co di rumahnya di Solo, Rabu (6/3).

Sarno kemudian menjadi mitra resmi BRI dengan adanya kluster shuttlecock T3. Manfaatnya, dia menjadi koordinator kredit kelompok melalui program kredit cepat (Kece). Menariknya, kredit ini tanpa agunan dan kerap dimanfaatkan karyawannya.

Plafon kredit yang diberikan BRI juga meningkat. Semula nominal Kece di klusternya ini senilai Rp 5 juta, kini menjadi Rp 60 juta/kelompok. Demi menghindari kredit macet, angsuran pinjaman ini dipotong Sarno dari gaji mereka.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Farida Trisnaningtyas

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co