GenPI.co - Kamu mengalami hubungan pernikahan yang bermasalah?
Namun, membuat keputusan terutama bagi wanita untuk meninggalkan pernikahan dirasakan sangat menakutkan.
Ketakutan untuk sendirian, dan masa depan yang tidak diketahui.
Akibatnya banyak kalangan istri yang berusaha bertahan dan sebisa mungkin melalui hari-harinya seolah biasa-biasa saja atau tak ada masalah.
Makan hati dan merasa tersakiti, tapi mencoba bertahan.
Dikutip dari laman redbookmag, Carrie Cole, konsultan rumah tangga mengemukakan, orang-orang dalam pernikahan yang buruk biasanya memiliki harga diri yang rendah, berjuang dengan kecemasan dan depresi, dan memiliki tingkat penyakit yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak.
Berikut perilaku pasangan yang membuat wanita tidak bahagia dalam pernikahannya, dirangkum dari laman redbookmag.
1. Minim lakukan “urusan orang dewasa”
Terapis hubungan, Megan Fleming mengemukakan jika pasangan melakukan “urusan orang dewasa” kurang dari 10 kali, menjadi salah satu pertanda.
2. Cuma bicarakan seputar rumah tangga
Fleming mengatakan tak ada percakapan di luar tugas yang perlu diselesaikan dalam rumah tangga, juga menjadi salah satu sinyal.
3. Masing-masing
Sendiri atau tengah berkumpul, namun tidak pernah aktif terlibat bersama seperti saat menonton TV, juga menjadi pertanda.
4. Tidak merasa didengar
Ketika kamu duduk bersama untuk berbicara dengan pasangan tentang apa yang berhasil dan apa yang tidak, kamu menangkap kesan tidak didengar serius oleh pasangan.
5. Tak asyik menjadi tempat curhat
Istri merasa suami tidak asyik sebagai teman untuk berbagi atau curhat.
Kalangan wanita malah lebih bersemangat membagikan hal baru pada rekannya yang bisa diajak bicara.
6. Pisah di acara
Saat bersama datang ke suatu acara. Kamu lebih suka berpisah dan melakukan segala hal sendiri.
7. Dia tak ingat hari penting
Suami tak lagi ingat hari-hari penting yang dilaluinya bersama istri.
Misal saat pertama kali jadian, tanggal melakukan kencan pertama, bahkan ulang tahun perrnikahan.
8. Merasa dikendalikan
Fran Walfish, psikoterapis keluarga dan hubungan mengatakan pernikahan bermasalah, jika salah satu pihak terlalu mengendalikan pasangan.
Terutama, suami yang kelewat mengawasi kondisi keuangan keluarga. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News