Jangan Abaikan, Kenali Bahaya Fetish dan Dampaknya saat Begituan

17 September 2021 23:55

GenPI.co - Fantasi dalam hubungan ranjang (fetish) bisa beragam dari satu orang ke orang lain. Bahkan, sebagian orang memiliki variasi kenikmatan yang cenderung aneh seperti membayangkan begituan dengan boneka atau robot.

Sebagian pihak menyebut bahwa kondisi fetish ini termasuk gangguan jiwa, ada pula yang menilai karena ada trauma masa lalu. Lalu bagaimanakah medis menilai hal ini?

Dijelaskan dr. Alvina, Sp.KJ, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa di Primaya Hospital Bekasi Barat, untuk memenuhi kriteria diagnosis gangguan fetihistik; seseorang harus memiliki fantasi, dorongan, atau perilaku seksual yang intens dan berulang yang melibatkan objek tidak hidup atau bagian dari tubuh manusia non-genital. 

BACA JUGA:  Dokter Inez: Wanita Bisa Puas Begituan Tanpa Mengeluarkan Cairan

Fantasi, dorongan, atau perilaku ini berlangsung sekurangnya 6 bulan dan menyebabkan distres atau gangguan fungsi sosial, pekerjaan, dan personal.

“Secara umum, penyimpangan seksual lebih banyak dialami laki-laki daripada perempuan dan terdapat teori yang mengatakan bahwa fetishism berkembang sejak masa kanak-kanak namun ada pula yang mengatakan onset-nya adalah saat masa pubertas,” ujar dr. Alvina dalam keterangan resminya.

BACA JUGA:  Dokter Dina Beber Posisi Begituan Enak Tiada Tara, Yihaaa!

Ia mengatakan fetishism mungkin bisa terjadi saat anak menjadi korban atau anak melihat perilaku seksual yang menyimpang. Ada teori lain yang mengatakan bahwa seseorang mungkin mengalami kurangnya kontak seksual sehingga mencari pemuasan dengan cara yang lain. 

Terdapat pula teori lainnya yang mengatakan bahwa terjadi keraguan tentang maskulinitas pada laki-laki yang mengalami Fetishism atau ada rasa takut adanya penolakan yang terjadi sehingga ia menggunakan objek yang tidak hidup untuk memberinya kepuasan seksual. 

“Bahaya akan timbul bagi masyarakat sekitar bila terjadi tindakan yang melanggar hak-hak orang lain dalam rangka mencari objek Fetish seperti seseorang mencuri pakaian dalam dan menimbulkan rasa tidak aman bagi lingkungan,” paparnya. 

Selain itu, lanjut dr Alvina, bahaya juga dampak timbul seperti saat anak terpapar dengan penyimpangan yang berpotensi menimbulkan perilaku imitasi sehingga anak lainnya kelak juga mengalami penyimpangan seksual.

Untuk melakukan penyembuhan, Alvina menyebut gangguan fetihistik bisa diterapi dengan berbagai modalitas psikoterapi baik individual maupun kelompok serta dapat dilakukan pemberian terapi obat-obatan dan hormon.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co