Pilih Naik Ojol dan Ogah Jalan Meski Cuma 10 Menit, Ini Alasannya

29 Juli 2019 08:32

GenPI.co— Kondisi trotoar yang belum memadai dan sejumlah masalah lainnya, menjadi alasan mengapa warga Jakarta masih banyak yang memilih menggunakan ojek online (ojol) untuk bepergian. 

Bahkan tidak sedikit diantara warga Jakarta yang tetap menggunakan ojol setelah turun dari kereta komuter atau busway untuk sampai ke tempat tujuan, meski dengan jarak tempuh yang pendek dan sebenarnya bisa dicapai dengan berjalan kaki selama 10 menit.

Baca juga:

Trotoar Jakarta Terus Dibenahi, Lala: Kalau Bisa Seperti Jepang!

Seperti Ini Tampilan Trotoar yang Memanjakan Pejalan Kaki

Hal itu dilakukan Leja. Wanita usia 26 tahun ini indekos di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan dan kantornya hanya berseberangan jalan dengan tempatnya tinggal.

Walau kantornya tergolong dekat dengan tempatnya tinggal, Leja lebih memilih berangkat kerja dengan menaiki ojol karena itu membuatnya lebih cepat sampai ke kantor, tidak capek, dan lebih bersih karena tidak terpapar polusi di jalan dalam waktu lama.

“Jalan kaki capek, panas, waktu terbuang, debu, dan polusi. Naik ojek juga berdebu tapi enggak kayak jalan kaki,” kata Leja kepada Genpi.co, Minggu (28/7/2019).

Karena itu, ia rela mengeluarkan ongkos naik ojol Rp10.000 untuk perjalanan hanya 5 menit, demikian pula saat pulang kantor.

“Ada benarnya kalau dibilang ‘manja’, karena biasa ada di zona nyaman,” katanya lagi.

Soal menghemat waktu juga dikemukakan Joena yang tinggal di Jakarta Timur. Ia  lebih memilih menggunakan ojol daripada berjalan kaki untuk mencapai halte Transjakarta dari rumahnya.

Hal itu dilakukannya karena trotoar yang tidak nyaman, membuatnya berkeringat lebih banyak.

Satu hal yang sama persis antara Joena dan Leja adalah keduanya melupakan pilihan berjalan kaki, karena tergiur tawaran ongkos ojol yang murah.

Warga lainnya, yaitu Feli berangkat kerja juga menggunakan motor, tapi yang rutin mengantarnya ini bukanlah ojek melainkan kekasih hati. Karena itu Feli jarang berjalan kaki atau menumpang transportasi massal seperti KRL dan MRT.

Sementara itu, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono tidak menganggap ojek atau ojol sebagai ancaman bagi moda transportasi di Jabodetabek.

Sebaliknya, dia menganggap ojek sebagai pihak yang bisa dirangkul dan diajak bekerjasama untuk melayani warga Jakarta, walau dalam 10 tahun ke depannya perannya akan semakin berkurang seiring dengan membaiknya layanan angkutan massal dan trotoar di Jakarta.

Joena (foto: Linda)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Linda Teti Cordina Reporter: Robby Sunata
liputan khusus   ojek   ojol   jalan kaki   trotoar   polusi  

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co