Habibie Bantu Mengurangi Kecelakaan Pesawat dari Temuan-temuannya

11 September 2019 23:46

GenPI.co -- Pada tahun 1952, Comet adalah maskapai pertama di dunia yang beroperasi menggunakan pesawat jet. Pesawat jet adalah pesawat yang keren dan bergaya pada masanya dan menjadi standar baru dalam dunia penerbangan.

Comet mempergunakan pesawat buatan De Havilland yang berkantor di Hatfield Aerodrome di Hertfordshire, Inggris. Semuanya tampak berjalan lancar bagi maskapai asli Britania Raya ini.

Lalu datanglah tragedi secara beruntun, hanya dalam waktu 12 bulan, tiga pesawat milik maskapai Comet terbelah dua di udara. Dalam kasus yang penyebabnya belum dipahami pada masa itu.

Dua penerbangan Comet pada bulan Januari dan April 1953 dua pesawat De Havilland milik Comet terbelah dua di atas laut mediterania saat sedang mendaki ketinggian setelah lepas landas dari Bandara Ciampino di Roma. Sementara pesawat De Havilland dari Singapura menuju London terbelah di langit India setelah terjebak badai.

Penelitian menunjukkan bahwa pada dua kasus pertama di Eropa, pesawat hancur karena kegagalan struktural akibat bahan rangka pesawat yang lelah akibat tekanan terus menerus yang menyebabkan munculnya retakan yamg dimulai pada tepian pintu dan jendela serta rangka pesawat.

Sementara pada kejadian ketiga di India, pesawat hancur karena tekanan berlebihan yang diterima oleh badan pesawat saat melalui badai. Perkembangan teknologi menciptakan mesin yang makin kuat dan berat, membuat pesawat makin cepat.

Namun, menyimpan masalah karena getaran yang secara teratur diderita rangka dan badan pesawat lama kelamaan memicu munculnya retakan yang makin menyebar seiiring berjalannya waktu.

Keadaan ini diperparah oleh proses presurisasi yang dilakukan berulang-ulang setiap akan terbang untuk menjaga tekanan udara di dalam pesawat. Tekanan udara ini rupanya menekan rangka dan badan pesawat sehingga memicu retakan dan memperburuk retakan yang telah ada.

Namun pada masa itu belum banyak orang yang memahami mengapa retakan-retakan itu bisa terjadi, bagaimana sifatnya, dan bagaimana cara menghitungnya. Habibie datang untuk menyelesaikan itu semua.

Habibie memiliki keahlian di bidang thermoelastik, bidang ilmu ini meneliti bagaimana setiap bahan yang ada di bumi ini berperilaku di bawah berbagai perubahan temperatur.

Dengan keahliannya itu, Habibie bisa memprediksi kapan dan dimana retakan akan muncul pada setiap benda sesuai dengan tekanan yang dia terima. Habibie melahirkan sejumlah teori, metode, dan faktor yang berkaitan dengan masalah retakan yang berguna untuk para insinyur setelah dia membangun sebuah pesawat yang aman.

Tidak heran bila dua perusahan dirgantara terbesar di dunia Boeing dan Airbus memperebutkan Habibie. Masing-masing perusahaan menawarkan pekerjaan kepada Habibie dan keduanya dia tolak.

Baca juga:

BJ Habibie: Sejak Ainun Berpulang, Saya Tak Lagi Takut Mati

BJ Habibie Akan Dimakamkan di Samping Makam Istri Tercinta, Ainun

Intip Puisi Pak Habibie Untuk Ainun: Nelangsa Setengah Mati

Habibie lebih memilih bergabung dengan perusahaan penerbangan lokal di Jerman. Bersama perusahaan MBB, Habibie membantu militer Jerman mengembagkan pesawat yang bisa take off dan landing secara vertikal.

Dia juga membantu pemerintah Jerman mengembangkan pesawat A-300 untuk perusahaan bentukan Jerman dan Perancis yang bernama Airbus. Berkat kejeniusan Habibie, masalah fatal pada pesawat modern bisa diatasi sehingga traveler seperti kamu bisa bepergian kemana saja dengan rasa aman.

Kalian wajib tonton video yang satu ini:

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Maulin Nastria Reporter: Robby Sunata

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co