Malam Itu Rendy Membuatku Lemas Tidak Berdaya

09 Januari 2020 18:11

GenPI.co - “Aku janji, pokoknya bakalan bikin kamu bahagia. Tunggu aku, ya, sayang,”

Pesan melalui WhatsApp dari dia sampai di telepon selulerku pada malam hari sebelum aku tidur.

BACA JUGA: Vanessa Angel Pakai Kaus, Netizen Langsung Nge-zoom

Untaian kata yang dia kirim membuatku terlena. Aku tidak sabar untuk bertemu dengannya.

Rinduku ini membuncah. Cintaku memuncak. Semua perasaan itu harus segera kuntuntaskan.

Aku dari Rendy sudah setengah tahun menjalani hubungan jarak jauh.

Pagi tiba. Tidak ada pesan yang masuk ke HP-ku. Tidak ada sapaan mesra dari Rendy.

Aku tak berpikir negatif. Mungkin dia sedang mempersiapkan kejutan manis untukku. Semanis perlakuan dan ucapan-ucapannya untukku.

Pokoknya aku akan tampil secantik mungkin agar dia makin sayang padaku. Aku gemas membayangkan berbagai kegiatan yang dapat kami lakukan bersama.

Hmm… Mungkin rambut ini butuh sedikit perawatan sebelum aku bertemu dengannya.

Jika rambutku wangi, aku bisa membayangkan Rendy mengelus-elusnya dan mencium dengan mesra.

“Sayang, aku pergi dulu keluar rumah sebentar, ya. Mau temenin mami ke rumah temannya ambil oleh- oleh abis dari Singapura kemarin,” aku mengirim pesan kepada Rendy.

BACA JUGA: Wanita, Nih Cara Mudah Mengetahui Pria Selingkuh

Terkirim! Yeay. Sore itu kami janjian ketemu di sebuah tempat makan, tempat pertama kalinya kami berkencan. Sebuah tempat makan yang menyuguhkan berbagai hidangan dessert ala Korea.

Kami memang tidak berencana makan romantis. Kami hanya sekadar mengenang momen awal pertama kali jadian setelah tiga tahun lamanya.

Waktu menunjukan pukul 12:30 WIB. Rasanya aku tidak sabar menunggu jam 4 sore untuk bertemu Rendy.

Entah mengapa perasaanku mendadak menjadi tidak menentu. Rasanya seperti baru pertama kalinya lagi kami janjian bertemu. Ambyar.

Aku pun bergegas mandi. Kali ini aku tidak akan membiarkan dia menunggu lama seperti biasa. Pokoknya aku harus on time.

Siang ini aku rempong serempong- rempongnya. Berkali kali mencoba baju, menghapus dan menggunakan make up kembali, mencocokkan sepatu, memakai berbagai aksesori hingga berlatih tersenyum di cermin.

Ya ampun. Apa yang terjadi padaku? Ini seperti bukan aku. Biasanya aku bodo amat soal penampilan.

Tak terasa berkutat dengan berbagai hal yang membuat aku pusing sendiri. Jam menunjukan pukul 15:00 WIB. Aku segera bergegas menggunakan pakaian yang justru pertama kali aku coba.

Sebuah dress berwarna navy dan flat shoes berwarna putih dengan pita.

Aku pun buru- buru pergi dari rumah dan mengalungkan sling bag yang ada di sofa ruang tamu.

"Mami aku berangkat dulu, ya," teriakku sambil berjalan menuju pintu keluar rumah

"Hati-hati, ya, sayang. Katakan pada Rendy main ke rumah. Mami juga kangen," goda mami

"Yeee! Genit deh mami," ujarku sambil menutup pintu

Dalam perjalanan aku melihat ke langit. Cuaca hari ini rasanya pas banget. Tidak terlalu panas dan tidak hujan juga. Aku memang lebih suka cuaca seperti ini. Langit yang berawan.

"Sayang, kamu di mana? Aku on the way, ya. I miss you," tulisku di chatroom kami. Aku mengulum senyum.

Sesampainya aku di kafe tersebut, aku langsung disambut dengan musik-musik korea dengan beat yang cepat.

Rasanya aku tidak bisa berhenti membayangkan berbagai kejadian lucu bersamanya di kafe ini beberapa tahun lalu.

Waktu pun menunjukan pukul 16:00 WIB. Aku kembali touch up make up dan menyemprotkan parfum favoritnya. Setelah itu aku kembali mengabarinya.

"Sayang, aku udah sampai, ya," senyumku kembali tergaris di wajah

Tiba- tiba waktu pun berlalu begitu cepat. Sejam dua jam kutunggu tanpa ada kabar sedikit pun darinya.

Segelas minuman milkshake vanilla sudah habis. Rasa khawatirku tiba- tiba menyerang. Ini bukan seperti Rendy yang aku kenal, tanpa kabar dan membiarkan aku menunggu begitu lama.

"Sayang kamu di mana? Kok lama banget?"

"Sayang, aku sendirian. Kamu nggak mau buruan ke sini?"

"Sayang, i miss you tahu. Masak kamu lama, sih? Nggak kangen sama aku, ya?"

Malam pun tiba. Kafe tempat kami janjian pun sudah mau tutup. Aku akhirnya diusir dari tempat tersebut.

Berpuluh kali telepon dariku tidak juga mendapat jawaban darinya. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang dengan rasa kecewa. Aku lemas. Tenagaku hilang entah ke mana.

Di sepanjang jalan pulang aku tidak bisa menahan air mataku. Rendy tega mengingkari janjinya.

Sesampainya di rumah, aku masih merasa sangat kesal. Melihat foto kami berdua yang kubingkai di atas meja belajar membuatku makin kesal.

"Apanya yang bikin bahagia? Bikin kecewa iya! Emang aku tuh nggak penting buat kamu ya, Ren,” aku geram. Kututup figura foto kami berdua.

Genap tiga hari kami pun akhirnya tidak berkomunikasi. Ini bukan pertama kalinya.

Kami memang memiliki kebiasaan tidak berkomunikasi terlebih dahulu bila sedang kesal.

Emosiku sudah mulai meredam. Akhirnya aku kembali mencoba WhatsApp Rendy kembali untuk kesekian kalinya.

"Sayang, maaf dari kemarIn nggak chat. Aku kesel sih kamu nggak dating. Masih ada niat buat ketemuan nggak?" kukirmkan pesan ke Rendy.

Aku berharap dia segera membalas. Ting tong! Suara notifikasi dari handphone-ku berbunyi. Aku segera membuka chat.

Benar. Dari orang yang sangat aku harapkan. Kekasihku. Rendy.

"Maaf, kayaknya kita nggak pernah kenal" aku terkejut membaca balasannya.

Tubuhku lemas. Mataku nanar. Aku tidak tidak sanggup membahas chat-nya.

Tangisku tidak habis meski aku berhenti membaca ungkapannya tersebut. Dia benar- benar tidak seperti yang aku kenal. Dia berubah. Dia tak sama.

Namun, aku sama sekali tidak mengerti mengapa hal tersebut terjadi.

Aku mengumpulkan infomasi untuk mengetahui apa yang terjadi padanya.

Akhirnya aku tahu. Malam itu Rendy terjatuh di kamar mandi setelah kami berkomunikasi.

Dia mengalami pendarahan di otak. Ingatannya bisa hilang dalam jangka panjang.

Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku lemas. Sendi-sendi di lututku seolah berlarian sendiri.

Aku meminta pertolongan pada orang tuanya untuk membantu mengingatkan aku pada Rendy.

Dari awal memang hubungan kami tidak pernah disetujui keluarganya karena perbedaan agama.

Ya Tuhan, sembuhkan Rendy. Aku ingin melihatnya ceria seperti biasanya.

Cinta ini terlalu dalam. Aku hanya bisa memeram harap. Semoga cinta ini tidak lenyap. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng Reporter: Asahi Asry Larasati
Dear Diary   Hubungan   Kafe   WhatsApp   Lemas   Menangis  

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co