GenPI.co - Aku tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya, perhatiannya, sentuhannya, semua yang ada padanya membuat aku jatuh cinta.
Kenapa sosok pria ini tidak datang lebih awal pada hidupku sehingga aku dapat memilikinya seutuhnya.
"Rasanya, aku tidak memerkukan pria lain, hanya dia cukup membuatku merasa penuh dan sempurna,"
Berebut Cinta Wanita Bohai, Duh! Ternyata Dia Janda Beranak 2
Namaku Angella, saat ini aku berusia 23 tahun. Menginjak umur ini tentu harusnya menjadi hal yang cukup menantang karena setelah kelulusan kuliah harus kembali beradaptasi di ruang lingkup baru, yakni pekerjaan.
Namun, berbeda dengan aku yang sampai saat ini masih saja pengangguran di rumah. Rasanya aku tidak terlalu bodoh untuk bisa bekerja disalah satu perusahaan. Terbukti dengan IPK aku yang cukup bisa membanggakan di 3,68.
Namun, kenapa sampai saat ini semua lowongan yang aku masuki masih saja belum mendapatkan respons apa-apa. Ini sangat membuat aku gerah dan cukup menyesal lulus dengan nilai tinggi rupanya tidak menentukan nasib jadi baik juga.
"Angel! makan dulu sayang kamu bangunnya siang banget itu lauk nanti dingin semua," ucap papah dari ruang tamu.
"Iya sebentar lagi," jawabku.
BACA JUGA: Akhirnya Ketahuan, Ternyata Cowokku Suka Gituan Sama Om-om
"Ayo anak gadis harus semangat, bangun lebih pagi biar rejeki nggak dipatok ayam," goda papah.
"Ah rejekinya belum ada, kerjaan saja nggak punya," jawabku sambil duduk di ruang makan.
"Pesimis banget, makanya hidup harus semangat biar Tuhan juga semangat kasih kamu berkah," ucap papah yang memberi semangat, sambil mencium keningku.
"Iya pah, makasih ya pah i love you," pelukku manja pada papah.
"Love more nak, yuk dimakan dulu, siang ini papah harus balik ke kantor untuk meeting,"
Papah adalah panutanku untuk kelak aku menemukan pria yang menjadi pasangan hidupku nanti. Ia bagaikan pria yang sangat sempurna di mataku.
Nusa Penida Dipilih Jadi Lokasi Lompat Tebing Dunia
Sungguh beruntung mamah bisa mendapatkan sosoknya yang sangat penuh dengan cinta kasih. Seandainya aku bisa hidup bersamanya selamanya.
Aku adalah anak tunggal dan hidup di sebuah keluarga yang berkecukupan. Seperti anak tunggal pada umumnya, pada usia segini rasannya cukup kesepian di rumah karena tidak memiliki saudara kandung lagi.
Mamih selalu sibuk ngurusin kerjaanya keluar kota melulu. Maka dari itu aku selalu ada di rumah bersama dengan papah yang mengurus aku dan memenuhi segala kebutuhan yang aku perlu.
"Pah, jangan pulang malam-malam ya" kirim pesaku pada papah
"Ya nak, semangat ya cari kerjanya apply yang banyak aja dulu di jobstreet atau tanya teman," balas papah melalui WhastApp.
Sungguh papah adalah orang yang bisa membuat aku rasanya kembali hidup. Cara ia memperlakukan aku tidak hanya sebatas anak tapi juga seorang sahabat. Selama mamih pergi tidak jarang aku tidur bersama dengan papah.
Sahabat, Kau Pergi Begitu Saja Setelah Meniduriku?
Tapi sekarang aku merasa masih takut untuk tidur sendirian, semenjak 2 tahun lalu kepergian papa karena serangan jantung.
Setelah satu tahun kepergian papa, akhirnya mamih memutuskan untuk menikah lagi dengan seseorang yang aku panggil papah saat ini.
Memang mamih jauh lebih tua dibandingkan dengan papah. Namun, hal tersebut tidak menjadi sebuah batasan kedewasaan dari papah yang selalu membuat aku terpesona. Pria 35 tahun ini membuat aku jatuh cinta.
Tak bisa dipungkiri, aku jatuh cinta pada papah tiriku sendiri. Caranya menyentuhku rasanya tidak seperti anak dan ayah pada umumnya. Apa ini hanya perasaanku saja? atau mungkin papah merasakan hal yang sama?
Terbesit selalu dalam pikiranku, rasanya tidak pernah ingin membagi pria ini dengan siapapun walau dengan mamihku sendiri.
Malam tiba, papah nggak menepati janjinya untuk pulang tidak terlalu larut. Malam itu papah pun langsung tertidur tanpa membereskan dirinya terlebih dahulu. Aku yang melihatnya kasihan, berusaha membantu membereskan dirinya dengan melepas dasinya, kemeja dan celananya.
Namun, apa yang aku lakukan? rasanya aku tidak bisa menahan rasa memiliki papahku sendiri. Saatku menyentuh tubuhnya yang sedang terbaring lemah dalam kegelapan kamar. Membuat hasratku memuncak.
Malam itu, terjadilah kejadian yang aku inginkan. Rasanya, aku cukup bangga pada diriku sendiri karena dapat memiliki papah walau hanya dalam semalam.
"Maafkan aku mih, papah milikku" ucapku tenang dalam hati sambil mencium bibir pria yang aku inginkan. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News