Sungguh Tega Kamu! Gagalkan Pernikahan Kita demi Cinta Satu Malam

27 Februari 2020 12:10

GenPI.co - Terkejut rasanya ketika melihat orang yang disayangi malah bermesraan dengan wanita lain. Hancur lebur hatiku, belum lagi mengingat segudang janji manis yang pernah ia lontarkan, termasuk rencana menikah yang sudah kami sepakati, bahkan bersama keluarga kami. 

Sore itu aku sengaja datang ke rumah Farel tanpa mengabari terlebih dahulu karena aku ingin memberi dia kejutan. Sudah hampir lima bulan kami LDR-an. Kami berpisah lantaran tuntutan pekerjaan. Aku di Jakarta dan Farel di Surabaya. 

BACA JUGAKamu Merasa Sedih dan Kecewa? Berenang Saja, Ini Penjelasannya...

Selama LDR kami selalu kontak via chat, video call dan apa saja yang bisa membuat kami tenang tanpa rasa khawatir. Namun, satu bulan belakangan ini aku memang jarang kontak Farel, lantaran kesubukan aku di kantor. Di saat yang sama Farel pun juga jarang menghubungi aku.

Tak mau berpikir negatif aku pun menganggap Farel sibuk, apalagi dia baru saja mendapat promosi jababatan menjadi kepala bagian di kantornya. Pasti sibuk dong. 

Di bandara aku sudah merasa tidak sabar ingin bertemu dengan Farel. Pengin cepat-cepat bertemu dengan dia dan memeluk dia. Tanpa rasa curiga aku pun jalan ke bandara bersama sahabat kantorku, Bobi. 

“Yakin lu Mel, mau ketemu pacar lo?” tanya Boby meledek saat dalam perjalanan menuju bandara. 

“Ya iya lah, menurut lo? Enggak kangen apa gue selama 5 bulan enggak ketemu dia?” jawabku ringan.

“Bukan gitu, maksudnya lo yakin enggak mau ngabarin dia dulu. Siapa tahu dia luar kota ya kan atau lagi sibuk? Jauh-jauh lu ke Surabaya, eh dia sibuk sama perempuan lain, ups,” ujar Boby ngelantur. 

“Ya kali? Enggak mungkin lah Bob, orang dia sudah cinta mati sama gue, hahaha,” jawabku. 

“Hahahaha,” kami pun terkekeh. 

“Pede banget lu jadi orang, hahaha,”  sahut Boby. 

Boby, memang suka ngelantur kalau bicara tapi kadang suka benar. Kali ini aku enggak mau ambil pusing. Lagian aku merasa hubunganku sama Farel baik-baik saja dan tidak ada masalah. Jadi aku pikir, itu hanya omongan Boby yang ngelantur. 

“Thanks ya Bob, sudah mau nganterin gue. selama gue cuti titip kerjaan gue ya!” kataku sebelum berpisah dengan Bobby di drop zone terminal 2 Bandara Soekarno Hatta. 

“It’s okay, Mely sayang, gue akan handle. Btw kalau ada apa-apa telepon gue ya. Gue masih mau kok nungguin lu jomlo,” ujar Boby.

“Ngaco ah lu, prospek aja terus kayak sales,” ceplosku.

“Mel…. gue serius!” air muka Boby berubah sore itu dan aku hanya membalasnya dengan senyuman. 

“Iya, gue kabarin lu kalau ada apa-apa. Jangan khawatir, bye…!” kataku sembari mendaratkan pipiku ke pipi dia.

Setibanya di Surabaya aku mendadak merasa gelisah. Entah perasaan apa ini, karena aku kepikiran dengan ucapan Boby sebelumnya. Aku merasa Boby tidak bercanda mengatakan semuanya.

Dia emang sudah berkali-kali menyatakan perasaanya kepadaku. Namun, aku menolaknya. Aku lebih nyaman menganggap Boby sebagai seorang sahabat, kakak dan teman, bukan seorang pacar. Lagian aku sudah mau tunangan sama Farel dan hatiku cuma buat Farel. 

Aku makin tidak tenang saat menuju rumah Farel. Ditambah lagi jalanan yang macet di sekitaran Ahmad Yani, bahkan taksi yang aku tumpangi benar-benar berhenti dan tidak bergerak sama sekali hampir satu setengah jam. 

“Macet ya pak? Tumben separah ini?” 

“Iya mbak, Persebaya lagi komvoy,” jawab si supir taksi. 

Perjalanan dari bandara ke rumah Farel yang seharusnya hanya ditempuh selama 30 menit menjadi 2 jam. Di perjalanan aku mencoba menghubungi Farel tapi berkali-kali mail box. Tidak biasanya ponsel dia mati.

Apa dia sedang tidur? Tapi ini kan hari kerja dan masih sore, seharusnya masih di kantor dong. Sengaja aku datang sebelum dia pulang, biar saat dia sampai di rumah menerima kejutan dari aku. 

Hari mulai gelap, aku sudah berada di rumah Farel. Aku melihat mobil sedan hitam parkir di depan rumahnya. Bukan mobil Farel pikirku. Berarti dia belum pulang, dan aku masih ada kesempatan memberikan kejutan buat dia.

Perlahan aku masuk ke halaman rumah tanpa pagar itu, membuka pintunya dengan kunci cadangan milikku, tapi tidak bisa. Aku coba berkali-kali gagal hingga aku tidak sengaja mendorong pintu tersebut, dan terbuka. 

“Oh my God, ceroboh sekali dia pergi lupa mengunci pintu,” gumamku. 

Aku meletakkan barang bawaanku di ruang tengah, sebagaimana biasanya kalau aku datang dan pergi ke toilet. Namun, lampu di toilet luar tidak menyala. Akhirnya aku pergi ke toilet di dalam kamar Farel.

Tanpa rasa berdosa aku mendorong gagang pintu dan mendapati Farel dengan wanita lain berdua di dalam kamar. 

Melihat pemandangan itu aku hanya bisa diam terpaku. Bingung ingin mengatakan apa dan rasanya waktu seolah berhenti bedatak. Aku kaget dan sangat hancur.

Sedangkan di dalam sana, Farel dan wanita itu juga terkejut melihat kedatanganku. Aku pun segera pergi meninggalkan mereka, membawa barang-barangku ke luar dari rumah itu.

BACA JUGAInilah Alasan Pertengkaran Bisa Memperkuat Hubungan Kamu

“Bob, hati gue hancur, gue mendapat kejutan Farel dan wanita lain dengan di kamarnya,” kataku pada Boby melalui telepon dengan ditemani segelas wine dan sebatang rokok. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Irwina Istiqomah Reporter: Mia Kamila

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co