Maaf Rio, Aku Ingin Merasakan Itu...

05 Maret 2020 07:41

GenPI.co - Sebuah penyesalan memang selalu datang terlambat. Seperti halnya penyesalanku memutuskan Rio. 

Kali ini aku merasa menjadi orang yang sangat jahat. Kasih sayang Rio aku balas dengan sebuah pengkhianatan. 

BACA JUGA: Wahai Pria... Lakukan 3 Sentuhan Ini Agar Wanita Terpesona 

Perkenalanku dengan Rio, ketika aku dan Shinta datang ke acara sebuah club mobil. Saat itu Rio tengah asyik dengan mobilnya yang baru saja dimodif pendek. 

Dengan bangga Rio memamerkan mobil sedan hitamnya itu kepadaku. 

Aku yang kurang tertarik dengan otomotif hanya bisa mengangguk setuju. 

BACA JUGA: Meski Tersakiti, 4 Zodiak Ini Paling Beruntung

Meskipun malam itu, aku tengah datang melihat ajang pamer club mobil sedan tersebut. 

Malam itu Shinta sengaja mengajakku untuk berkumpul dengan teman-teman satu club-nya. 

Pasalnya, dia tidak ingin aku lama-lama menjomlo lantaran usai putus dengan Bram. 

BACA JUGA: Jangan Anggap Sepele, 3 Tanaman Hias Ini Ampuh Usir Nyamuk

Alih-alih menghibur diri, aku pun mengiyakan ajakannya. 

Dalam hatiku berkata, "Andaikan aku punya pacar anak club mobil, mungkin seru kali, ya?" 

Ternyata apa yang aku ucap dalam hati benar-benar terjadi. Tidak lama dari perkenalan tersebut, aku dan Rio pun akhirnya jadian. 

Selama pacaran aku merasakan sebuah ketulusan cinta Rio. Hanya saja hatiku berkata lain. 

BACA JUGA: Virus Corona Masuk ke Indonesia, Ini Terawangan Mbah Mijan...

Entah kenapa? Seperti ada sebuah rasa terpaksa untuk menjalani hubungan tersebut. 

Hampir setiap malam minggu, kami berkencan dan berkumpul bersama para anggota club mobil sedan tersebut. 

Aktivitas mereka selain pamer mobil yang baru dimodifikasi, terkadang mereka pun saling membagikan info terkait onderdil dan aksesoris mobil. 

Aku yang tak paham mengenai otomotif pun, hanya diam mendengarkan keseruan obrolan mereka.

BACA JUGA: Revisi UU ASN bak Angin Surga, Nasib Honorer K2 Makin Amburadul

Rio sangat bangga memiliki aku. Dia selalu memamerkan aku didepan teman-temannya. 

Bahkan saking seringnya, kami mendapatkan julukan perangko, karena memang tidak pernah lepas. 

Tak hanya di tempat nongkrong, di kampus kami pun selalu bersama. Aku dan Rio memang satu kampus, tetapi beda jurusan. 

"Gimana hubungan lo sama Rio," tanya Shinta saat menemui aku di kantin kampus.

"Baik," jawabku singkat. 

Aku selalu menghindari sejumlah pertanyaan yang mengarah pada hubungan kami. 

Pasalnya ada sebuah rasa bersalah terpendam dalam hati dan aku tidak mau hal itu terungkap melalui ekspresiku menceritakan tentang Rio. 

Namun, ternyata Shinta sudah mencurigai gelagatku itu. 

Siang itu, ketika aku menunggu Rio selesai kuliah, Shinta seolah menyidangku dengan sejumlah pertanyaan yang sulit aku jawab. 

"Sebenarnya gimana perasaan lu sama Rio?" tanyanya. 

"Gimana apanya? Baiklah, gue sayang sama dia," jawabku.

"Aku memang nggak tahu apa yang ada dalam hatimu, tetapi hati tidak bisa dibohongi," ujarnya. 

Memang benar sih, hati tidak bisa dibohongi dan tidak semua orang tahu, mengerti dan paham dengan soal masalah hati. 

Namun, setelah Shinta mengutarakan hal itu, aku jadi merasa berpikir berkali-kali. 

Rasanya tidak adil ketika aku harus membohongi diriku sendiri dan pura-pura untuk sayang kepada Rio. 

Inilah yang menyebabkan aku harus memutuskan Rio. 

Seperti biasa, setiap malam minggu kami pasti ke luar. Entah hanya mencari udara segar atau nongkrong bersama club mobilnya tersebut. 

Saat itu kami sedang perjalanan pulang, setelah bertemu anggota club mobil di salah satu kompleks perumahan elite. 

"Rio, aku minta maaf," kataku tiba-tiba. 

"Kenapa sayang? Kok tiba-tiba minta maaf, kan kamu nggak salah," jawabnya sambil mengacak-acak rambutku yang tengah aku kuncir kuda. 

"Sepertinya kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini, sejujurnya aku terpaksa jadi pacar kamu, hatiku belum sepenuhnya bisa memiliki kamu Rio," terangku. 

"Tapi kan bisa dicoba,"

Malam itu aku ngotot ingin putus dari dia. 

Sepulang mengantarkan aku ke rumah, aku mendapatkan kabar Rio kecelakaan. 

Mobilnya hancur terbentur tiang listrik. Sementara Rio tengah tidak sadarkan diri. 

Bahkan, seminggu setelah koma dia tidak ingat apa-apa dan dokter memvonis dia terkana amnesia.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Tommy Ardyan Reporter: Mia Kamila

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co