Dr Tirta Ungkap Alasan Begitu Getol Perangi Corona

26 Maret 2020 15:05

GenPI.co - Tirta Mandira Hudi, atau yang kerap dipanggil dr Tirta, belakangan menjadi sosok yang sangat viral. Sejak merebaknya virus corona atau COVID-19 di Indonesia, ia menjadi salah satu aktivis yang bekerja keras menyebarkan informasi seputar penyakit ini. Ia juga dan menggalang dana untuk membantu pemerintah dalam mengatasi pandemi tersebut.

Sosok nyentrik berambut pink ini  diketahui juga membuka donasi lewat platform galang dana online Kita Bisa bertajuk "Bersatu Saling Bantu". Hasil dari donasi tersebut akan digunakan untuk menyediakan kebutuhan di RS Darurat COVID-19.

Pria lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) ini juga kerap memberikan edukasi kepada masyarakat perihal pandemi virus corona ini melalui akun sosial medianya.

Dalam  cuitan yang diunggah di akun twitter pribadinya, @tirta_hudhi, Rabu, (25/3), ia menceritakan alasan mengapa ia bekerja keras membantu pemerintah untuk melakukan pencegahan penularan virus ini.

BACA JUGA: Dokter Tirta Ngamuk di Live Instagram, Ternyata ini Sebabnya

Salah satu alasannya adalah wafatnya Guru Besar UGM, Iwan Dwiprahasto yang pernah menjadi pengajarnya ketika menjalani pendidikan di FK UGM.

Dalam cuitannya tersebut ia bercerita,dirinya terinfeksi Tuberkulosis (TBC) di usia 8 tahun karena tertular TBC temannya. Kondisinya tersebut mengharuskannya menjalani program penyembuhan selama 10 bulan hingga dinyatakan sembuh.

Namun, setelah itu, ia divonis dokter masih akan mengalami beberapa penyakit.

"Paru2 gue gambarannya selalu 'flek' sembuh setelah program. Setelah penyembuhan TB, gue kena berbagai macam penyakit pernafasan;  faringitis, laryngitis, tonsillitis, bronchitis dan sinusitis. Ini sampai SMA (Sekolah Menengah Atas)," tulisnya melalui akun @tirta_hudhi.

Namun, kondisi tersebut tidak menghalangi prestasi akademiknya. Semasa sekolah dulu, ia pernah mewakili Solo untuk olimpiade matematika, puncaknya adalah saat ia berhasil menembus masuk di Fakultas Kedokteran UGM.

Di sanalah ia pertama kali bertenu dengan dr Iwan. Karena skripsinya kelar di semester 6 dan dianggap bagus, dr Iwan dan dr Jarir memberinya beasiswa ke Belanda. Namun, ia menolaknya karena ia lebih memilih menekuni bisnisnya ShoesAndCare, dan bekerja di IGD.

Namun, karena kondisinya yang sering sakit. Ia memutuskan untuk berhenti berkarir menjadi dokter dan lebih fokus menekuni usahanya.

"Gue memutuskan memilih rehat menjadi dokter igd, dan berjuang demi @shoesandcare untuk anak buah gue yg separonya anak jalanan. So. Mulailah gue berjuang as dokter edukasi + pengusaha," jelasnya.

BACA JUGA: Ikut Perangi Corona, Mayora Sumbang 1 Juta Masker

Pada suatu hari, saat ia mendapat kesempatan untuk menjadi dosen undangan di FK UGM, ia bertemu kembali dengan dr Iwan dan memberinya nasihat. Mantan pengajarnya itu mengatakan, jadi dokter tak melulu berjuang dengan mengenakan jas praktek. Di tempat lain juga bisa dan tak hanya begtuna bagi pasien, tapi untuk banyak orang.

“Tabunglah uang dr usahamu, berjuang, naekkan derajat tenaga medis, amankan pasien, buat RS ! Siapa tau kamu bisa !” tulisnya menirukan nasihat dr Iwan lagi.

Kabar meninggalnya sang dosen panutannya sangat mengguncang dirinya. Ia sangat sedih dan berduka. Dr Tirta pun semakin berusaha keras untuk meneruskan perjuangan almarhum dr Iwan untuk melawan virus corona ini.

Pria yang kerap dipanggil Cipeng ini, terus berusaha mengedukasi masyarakat dan terus membantu sekuat tenaga untuk melakukan pencegahan virus corona ini.

"Selama angka infeksi tinggi, gue ga akan brenti berjuang. Makasih @kitabisacom dan @dompetdhuafaorg , sampe titik darah penghabisan. Gue akan lawan ini virus," tulis dr Tirta.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co