Tak Hanya Sekadar Angan, Kuingin Lebih dari Seorang Sahabat

09 April 2020 17:12

GenPI.co - Sejak SMA, aku terobsesi dengan sahabatku sendiri, Dani. Orangnya humoris, pintar, mudah bergaul, baik, setia dan perhatian.Namun perhatiannya terhadapku hanyalah sebagai teman.

Sudah 15 tahun kami bersahabat, tapi entahlah apakah dia perhatian sama perasaanku? 

Hampir tiap hari aku selalu mendengar curhatannya, termasuk mengenai kisah percintaanya. 

Dani baru pertama kali berpacaran ketika kuliah. Saat itu ia berpacaran dengan seorang aktris yang cukup terkenal. Namun setiap cerita, ia selalu mengeluhkan banyaknya orang yang mendekati mantan pacarnya itu. 

Dan suatu saat Dani agak marah karena menilai pacarnya lebih dekat dengan produsernya. Dani justru malah kena batunya. Ia justru kini harus berpisah.

"Sis, si Dewi masa malah marah sama gue, gara-gara gue jeles sama produsernya. Gue liat dia sama si produsernya yang botak itu lagi ciuman di lokasi shootingnya! Gue malah diomelin katanya itu lagi latihan buat keperluan shooting," katanya sambil bernada marah. 

"Iya kali lagi latihan," ucapku sambil tertawa.

"Ya masa latihan, tangannya juga gerayangan! Dan dia diem aja. Gue omelin dia tadi, malah gue diputusin, bilangnya gue jadi pacar gak profesional. Lah emang gue pacarnya apa pegawainya? Pake dibilang gak profesional," Lanjutnya.

"Diputusin lo? Waduh, orang sabar kayak lo diputusin. Udahlah cari cewek lain aja, masih banyak yang mau sama lo," balasku sambil tertawa dalam hati karena senang. Iya, senang Dani putus. 

Usai putus dari sang aktris, Dani pun stres dan hidupnya mulai tak teratur. Dia mabuk-mabukan, hingga coba berkenalan dengan wanita melalui akun tinder. 

Aku kesal melihatnya, sampai aku tertawa ketika mendengar dirinya tertipu oleh sebuah wajah wanita yang cantik dan berbeda dengan aslinya ketika bertemu.

“Sis, gue pengen cerita. Tapi malu,” ucap Dani lewat telfon.

“Kenapa lagi? Cewek lagi? Gak ada apa cerita panjang selain bahas cewek sama gue?” balasku sambil bernada ketus.

“Kok lo balesnya gitu sih, jutek banget? Ada masalah apa sama gue? Gue salah apa?” ucap Dani gugup.

BACA JUGA : Terima Kasih Kekasih, Perjuangan Cinta Tulusku Tak Sia-sia

Aku pun bingung kenapa aku mesti marah. Padahal aku hanya sahabatnya, meski inginku lebih dari itu. Kemudian aku coba untuk menenangkan diri sambil meminta maaf. 

“Sorry, gue lagi PMS. Sakit banget. Kenapa lagi Dan?” kataku.

“Gue kenalan ama cewek lewat Tinder. Cantik banget, bodinya seksi, rambutnya panjang. Terus gue ajak ketemuan aja. Dia sempet gak mau,” kata Dani

“Lah kenapa gak mau?”

BACA JUGA : Kelakuan Capricorn, Aquarius, Pisces yang Bikin Cintanya Kandas

“Kata dia, banyak yang bilang mukanya beda sama yang difoto. Tapi gue penasaran, ah kayaknya beda paling sedikit aja. Terus akhirnya gue tetep kekeh untuk ketemu. Tapi gue juga bingung sama lokasi ketemunya”

“Emang dimana?”

“Di daerah Gajah Mada, katanya disuruh ke kosan dia aja. Yauda gue lanjut ketemuan. Dia jemput di depan gang, dan pas gue liat dari jauh, gue cuma bilang, jangan sampai dia masuk mobil gue,”

“Lah kenapa emang?”

“Awalnya gue berfikir mirip Cita Citata. Tapi ternyata malah mirip Cita-citaku tak ingin ketemu dia! Mirip kuntilanak! Gue kabur aja,”

Dan aku tertawa terbahak-bahak sekaligus lega. Dani tetap single dan aku masih punya kesempatan untuk memilikinya.

Beberapa tahun kemudian, setelah lulus kuliah, Dani berpacaran lagi dengan seorang perempuan di tempat kerjanya. 

Menurutnya, wanita itu pas dijadikan untuk istrinya, meskipun aku berpikir kalau aku masih punya kesempatan untuk bersama dirinya. 

Namun tiba-tiba, hatiku hancur ketika dia mengatakan ingin melamar kekasihnya itu.

"Sis, kayaknya si Gina cocok deh jadi bini gue, rasanya pengen ngelamar deh. Gue juga udah ajak ke rumah, dan bokap nyokap setuju gitu," kata Dani

"Kalo udah cocok ya buruan lah jadiin," jawabku dengan perasaan yang hancur lebur.

Mendengar ucapan Dani tadi, rasanya aku ingin sekali memutuskan tali persahabatan kita. 

Selama bertahun-tahun aku selalu ada untuknya, tetapi dia justru berniat melamar pacarnya yang baru dikenal beberapa tahun terakhir.

Memang ini bukan salah Dani sepenuhnya, karena aku sendiri tidak pernah menyatakan perasaanku kepadanya. Aku terlalu gengsi untuk menyatakan cinta duluan.

Sejak saat itu, sebisa mungkin aku menghindari Dani. Aku menyibukkan diri dengan pekerjaan dan kegiatan-kegiatan lainnya. 

Aku pun ikut ke dalam berbagai komunitas, dengan harapan bisa berkenalan dengan banyak orang. Ya, siapa tahu salah satu di antara mereka adalah jodohku.

Menghindar dari Dani saat ini memang tidak sulit, karena dia juga sudah jarang menghubungi. 

Sejak berpacaran dengan Gina, Dani memang sudah jarang curhat dan mengajakku pergi. Dasar, laki-laki terlalu setia.

Dani pun akhirnya menikah dengan Gina. Setahun kemudian, mereka dikarunia sepasang anak kembar. Mereka tampaknya hidup bahagia.

Di sisi lain, aku masih belum bisa membuka hatiku untuk laki-laki lain. Padahal, banyak laki-laki lain yang lebih ganteng, pintar dan keren yang mendekatiku. 

Tapi entah mengapa, hati ini rasanya sudah milik Dani.

Sampai sekarang, harapanku hanya menjadi angan-angan belaka (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Landy Primasiwi Reporter: Yasserina Rawie

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co