Belum Sempat Kurasakan, Kebahagiaanku Hilang

16 April 2020 18:11

GenPI.co - Tania meringik. Angin laut yang sejak sore sepoi-sepoi bak mengalun lembut wajah Tania kini sangat kencang sekali.

Angin bak menampar Tania keras-keras. Betapa tidak, baru dua hari suaminya pulang dari pelautannya, kini dia sudah harus berlayar lagi.

BACA JUGA: Promo Indomaret Mulai Hari Ini, Diskonnya Kebangetan

Andai tahu begini, Tania mungkin tidak akan pernah mengizinkan Thomas berlayar untuk pertama kali waktu itu.

Ya, waktu senyuman Thomas sangat berkembang membuka pintu keras-keras hingga banyak debu yang tersapu olehnya.

Dia berteriak keras-keras, “Sayang… Sayang… Aku pulang”

Thomas yang sangat bahagia berlari ke dapur dengan tergopoh-gopoh memegang sebuah selebaran kertas yang masih tampak baru.

Dia menghampiri Tania dan memeluknya. Memutar-mutarkan tubuh kecil Tania ke atas, ke sana dan kemari.

“Lihat, sayang! Aku punya kabar bagus untuk kita! Aku akan segera punya pekerjaan tetap dari sini! Kita akan cepat mewujudkan impian kita nanti sayang! Ha ha ha,” kata Thomas yang sangat gembira hatinya.

Mengetahui itu Tania senang sekali. Hatinya langsung semringah, senyumnya tersemburat lebar di bibir mungilnya. Dia lantas memeluk tubuh gempal suaminya tersebut.

“Semua impian kita akan segera terkabul sayang, hanya akan ada aku, kau dan bayi-bayi mungil kita nanti di sebuah rumah yang besar di atas gunung,” ujar Thomas semringah.

**********

Tak lama sejak kejadian itu. Tania sedang memasak di dapur. Perutnya mulai membuncit tanda sudah ada malaikat-malaikat yang dititipkan padanya ada di rahim mungilnya.

Kata tetua mungkin itu adalah sepasang. Thomas yang dahulu melaut tiada henti sekarang sudah dinaikkan jabatannya.

Dia hanya melaut satu bulan sekali dengan jangka waktu pelayaran sepuluh hari. Thomas yang baru bangun dari tidurnya langsung turun untuk menyapa istrinya di pagi hari.

Sambil memeluknya dari belakang, dia mengecup pipi Tania. Mengusap-usap perut Tania yang buncit.

“Hai hai… Maaf ya ayah bangunnya terlambat. Gara-gara ibumu tidak membangunkan ayah,” ujar Thomas.

Tania hanya tersenyum saja melihat kejadian tersebut. Dia memegangi perutnya.

“Mungkin ayah juga sih tidurnya kemalaman, ngopi terus sama Pak Bondan,”

*********

Pasar malam dari Persia mulai ramai dikunjungi. Padahal ini masih dapat jam lima sore. Senyum merekah dan uang di kantong, Thomas berjalan-jalan sambil mencarikan garmen terbaik untuk sang istri.

Mencoba-coba daster terbaik dari Persia, dia membelikan peralatan-peralatan bayi yang lengkap untuk calon anaknya kelak.

Tidak terasa tengah malam sudah menjelang, Tania sudah mulai merasa letih. Dia akhirnya mereka pulang dengan setumpuk barang-barang.

Tania akan menggunakan barang-barang itu untuk bayi-bayi mereka serta garmen yang indah bagai garmen putri Persia yang dibelikan oleh Thomas.

Tania merebah, dia terasa begitu lelah sekali. Namun, Thomas masih mengajaknya bicara.

Sambil mencium kening yang dilanjutkan perutnya, Thomas kembali mengusap rambut Tania.

“Aku harap jika perempuan, ia mempunyai mata, hidung dan alis indahmu,” pinta Thomas.

“Aku harap jika laki-laki, aku mau ia mempunyai badan yang kekarmu, rambutmu dan mulut manismu itu Thomas,” kata Tania.

Hujan mulai mengetuk jendela kamar mereka. Angin kembali menuju selatan. Rintik hujan kini menjadi hujan, tak lama badai menerjang.

Perasaan Tania gelisah. Namun, Thomas dengan senyumnya memeluk erat Tania. Tania kaget tersentak dan terpaksa berteriak.

“Aaaa….!!” suara Tania terpekik dan menjingkat dari kasur itu. Tania melihat seluruh ruangan nanar, kosong.

Dia memegangi perutnya yang mendadak menjadi kecil seperti semula. Ia memanggil-manggil Thomas dengan suara yang lantang, tetapi tiada hasil.

Ia berlari menuju ruang makan dengan tergopoh-gopoh dan berdoa jika semua itu bukan mimpi.

Tania hanya bisa menggigit bibir melihat Thomas tidak ada dalam ruangan itu, Tania terduduk menyibak, jatuh, sedih, kecewa, tercampur aduk.

“Tuhan, jika kau tidak ingin memudahkan jalanku untuk bahagia bersamanya, Aku rela Engkau renggut saja dia dan aku. Anak-anakku yang akan Engkau turunkan esok pertemukan kami dalam surgamu saja!! Ambil semua! Ambill!” Tania menangis sejadi-jadinya.

Benar saja, besoknya terjadi insiden di kapal Thomas. Tetua yang tahu kabar ini langsung saja berlari tergopoh-gopoh ke rumah Tania.

Namun, sayang Tania sudah tergantung di ruang makan tersebut. Tetua melihat secarik kertas dengan tulisan di atasnya.

“Aku pergi dulu, sayang. Aku selalu merindukanmu,"

Rindu yang tak berujung ini kepadamu bagaikan ombak di lautan yang selalu mengusap pipimu lembut.

Aku tidak apa, jangan pikirkan aku, aku hanyalah sebuah dermaga di hidupmu.

BACA JUGA: Promo Indomaret Hari Ini, Murahnya Nggak Kira-Kira

Kalau sudah tidak kuat pulanglah, aku selalu menunggu. Sebab, sebuah dermaga adalah tempat terakhirmu bersandar. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng Reporter: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co