Penting! 4 Langkah Bijak Tangkal Hoax di Media Online

19 Mei 2020 22:00

GenPI.co - Beredarnya informasi palsu atau hoax di media online makin meresahkan masyarakat. Hal ini dilakukan oleh oknum yang dengan sengaja ingin memperkeruh suasana. 

Oleh karena itu, masyarakat dituntut untuk membekali diri dengan kemampuan menyaring berita yang benar. 

Tak perlu khawatir, untuk membantu Anda dalam memilah mana informasi yang fakta atau hanya sekedar hoax, berikut ini terdapat 5 hal yang harus Anda lakukan ketika membaca suatu artikel. Yuk simak!

1. Apakah artikelnya memberikan sudut pandang berimbang?

Kita semua tahu bahwa ada dua sisi dari setiap cerita. Ini sangat penting jika ingin melaporkan suatu peristiwa secara faktual dan berimbang. 

Oleh karena itu, jika artikel yang Anda baca hanya melaporkan satu sisi saja, tanyakan dan cari tahu apakah ada hal lain dari topik ini yang tidak Anda ketahui, dan temukan sumber lain yang memberitakannya secara berimbang.

BACA JUGATol Layang Japek Bergelombang, Fakta atau Hoax?

2. Apakah media/jurnalisnya menggunakan sudut pandang tertentu? 

Media punya berbagai cara untuk melaporkan suatu berita, bergantung pada target audiensnya. 

Jadi, coba cek lagi apakah berita yang Anda baca hanya ditujukan untuk audiens tertentu, sehingga Anda bisa tahu apakah jurnalis yang menulis artikel tersebut hanya mengambil sudut pandang tertentu pula.

BACA JUGA: Ramalan Keluarga Irwansyah Mendapat Petaka, Fakta atau Hoax?

3. Adakah bukti yang mendukung klaim yang disebutkan dalam artikel? 

Peristiwa yang diberitakan langsung dan dikutip dalam artikel selalu lebih dapat diandalkan daripada rumor belaka. 

Sebuah artikel yang mencantumkan link ke berbagai sumber, foto, dan video, menunjukkan bahwa ada bukti yang mendukung klaim tersebut. 

Jika bukti-buktinya kurang, ada baiknya Anda bertanya-tanya dan melakukan riset sendiri. 

4. Apakah yang disampaikan itu pendapat ahli atau sekadar opini?

Dalam artikelnya, jurnalis akan meliput sebuah situasi dengan menghadirkan berbagai narasumber untuk mengilustrasikan atau mendukung kisah yang disampaikan. 

Namun, narasumber ini punya tingkat kompetensi yang bervariasi terhadap suatu topik tertentu.

Misalnya, seorang dokter akan menghadirkan perspektif yang lebih profesional terhadap suatu penyakit, yang didasari oleh bukti-bukti ilmiah, dan pengalaman merawat banyak pasien yang menderita penyakit tersebut. 

Sementara itu, pasien dari penyakit yang sama akan memberikan perspektif yang lebih emosional dan berbasis opini. 

Kedua pendekatan ini tidak dapat dianggap setara dalam hal ilmu, dan tidak dapat dipertukarkan.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Landy Primasiwi

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co