Jalan Hidupku Tidak Mudah, Aku tak Boleh Menyerah

02 Juli 2020 19:41

GenPI.co - Namaku Vallery. Banyak orang kesulitan mendeskripsikan apa yang menjadi standar kebahagiaan hidup mereka.

Namun, tidak demikian dengan aku. Aku cenderung mudah mengungkapkan bahwa hidupku bahagia.

BACA JUGA: Selingkuh dalam Hubungan Asmara Bisa BIkin Ketagihan Loh

Aku memiliki hidup berkecukupan, kedua orang tua yang menyayangi aku, sahabat yang setia kawan, dan hobi yang dibayar menjadi seorang komikus.

Aku memang terlahir dari keluarga yang tidak kaya raya, tetapi bergelimang kasih sayang.

Sungguh rasanya tidak ada alasan untuk tak bersyukur dengan hidup ini. Sampai suatu hari kejadian menyedihkan menggores kebahagiaan dalam hidupku.

Aku mengalami kecelakaan dan membutuhkan banyak donor darah. Namun, kedua orang tuaku tidak melakukan apa pun, bahkan untuk menyumbangkan darahnya.

Mereka berdua meninggalkan ruanganku tanpa mengucapkan sepatah kata ap apun.

Badanku yang terlalu lemah tak bisa menahan keduanya untuk pergi.  Aku hanya bisa meneteskan air mata hingga kelelahan dan tertidur. 

Sepi. Sunyi. Tidak ada suara apa pun yang aku dengar, kecuali detik harum jam kamarku.

Aku terbangun untuk meminum obat kembali. Setelah melakukan hal tersebut, aku berjalan keluar kamar dan hendak makan.

Rasanya masih sama, seperti saat disuapi ibu saat masih kecil. Bubur kacang merah ini memang menjadi favoritku.

Aku menikmati semangkuk bubur ini sambil tersenyum dan tertawa sendiri mengingatnya.

Rumah menjadi terasa sangat sepi setelah ayah dan ibu pergi bekerja. Walau sudah pada usia lanjut, mereka tetap aktif untuk melakukan banyak hal.

Yup, hal itu tidak bisa aku larang selama membuat mereka senang. Melihat jarum jam menunjukan pukul 08:20, aku segera membereskan diri untuk kembali bekerja.

"Val, di rumah, kan, lo?" teriak Fanny sahabatku sambil mengetuk pintu.

"Oit, bentar gue abis mandi," teriakku sambil berlari untuk membukakan pintu.

"Wah kacau, sih, lu jam segini baru selesai mandi. Oh, baru sarapan juga?" ucap Fanny melihat sebuah mangkuk diatas mejas.

"He he. Iya, kesiangan gue. Abis minum obat baru sarapan agak kebalik ya," jawabku sambil mengaruk kepala

"Hmmm sup kacang merah. Pasti lu mendadak rindu ibu, ya?" tanya sahabatku sambil mencuci mangkuk

"Iya, udah lama banget rasanya tapi rasanya masih sangat dekat," ucapku sambil memperhatikan Fanny mencuci piring.

"Wajar, kok, rindu sama orang tua. Lo abis mimpi lagi, ya?" tanya Fanny sambil membersihkan tangan

"Iya, selalu dengan kejadian yang sama," jawabku dengan nada datar

"Bersyukurlah. Kejadian kecelakaan di mobil waktu itu, lu masih dikasih nyawa untuk hidup," ucap Fanny sambil menepuk pundakku.

"Thank you, Fan. Emang lu sahabat gue yang paling baik," ucapku sambil tersenyum

"Eh, kata siapa semua itu gratis? Beliin pizza, ya, sambil kita ngejar deadline gambar komik," kata Fanny sambil menggodaku dan tertawa.

Bagiku hidup ini tetap terasa bahagia walau beberapa faktor telah menghilang.

BACA JUGAAsmara Bukan Segalanya, Cinta Nggak Jamin Zodiak Ini Bahagia

Aku tetap bersyukur masih diberikan kesempatan hidup dengan apa adanya saat ini. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng Reporter: Asahi Asry Larasati

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co