Tio Menghilang Bersama Penyesalanku yang Membuncah  

23 Juli 2020 18:40

GenPI.co - Kesempatan baik memang seharusnya tidak dilewatkan begitu saja. Tapi, ketika kesempatan itu datang, bukan berarti kita harus mengambilnya dengan tergesa-gera, bukan?

Kisah ini mungkin menjadi salah satu penyesalan dalam hidupku. Aku yang sudah terlalu lama sendiri mungkin tidak bisa berpikir jernih. Atau mungkin, aku terlalu takut untuk memulai sebuah hubungan.

Saat itu, aku sedang sibuk-sibuknya menyelesaikan skripsi. Selain itu, tak ada kegiatan lagi yang aku kerjakan. Alhasil, aku banyak menghabiskan waktu dengan teman-temanku di kantin kampus.

Hingga pada suatu hari, aku dikenalkan dengan Tio, anak fakultas hukum di kampusku. Rupanya, dia adalah sepupu jauh dari temanku satu jurusan yang bernama Putra. 

BACA JUGA: Tragis, Aku Kalah Bersaing dengan Kakakku Mendapatkan Ifan    

Saat pertama kali kamu bertemu, aku merasakan bahwa Tio terus saja memandangiku. Saat bertemu pandang, ia langsung melempar senyum yang kerap kali kusambut dengan kikuk.

Aku memang bukan orang yang peka karena sempat  berpikir  bahwa ada yang aneh atau lucu dari penampilanku. Namun lama-kelamaan, aku menyadari bahwa tatapan itu adalah bentuk ketertarikannya padaku.

Dan ternyata, tebakanku benar. Malam harinya, tiba-tiba dia mengirim chat kepadaku. Rupanya, dia tahu nomorku dari Putra.

Dalam obrolan tersebut, aku mengetahui bahwa Tio sudah menyelesaikan skripsinya dan tinggal menunggu waktu wisuda. Itu sebabnya  dia sudah tidak memiliki banyak kesibukan.

Kami pun mengobrol beberapa hal lain, kemudian berakhir dengan ajakan Tio untuk nonton film di bioskop dua hari berselang. Cepat sekali pergerakannya, begitu batinku kala itu.

Karena saat itu aku sedang tidak ada kegiatan dan mulai suntuk dengan skripsiku, aku pun menerima ajakannya. Setelah aku bilang mau, tiba-tiba Tio tidak membalas chat-ku lagi.

Satu jam kemudian, kira-kira pukul 21.30, tiba-tiba ada chat masuk dari Tio. Dia mengirimkan foto. Rupanya, itu adalah foto tiket bioskop yang baru saja dibelinya. Memang saat itu belum ada aplikasi pesan bioskop secara online seperti sekarang.

Melihat sikap Tio yang sangat bersemangat, aku menjadi kaget sekaligus takut. Dia langsung terburu-buru membeli tiket, seakan tidak mau jika aku membatalkan rencana tersebut.

Kencan pertama kami pun berjalan lancar. Tio memang sangat manis dan sopan. Penampilannya juga asyik. Sejak saat itu, aku mulai sedikit tertarik padanya.

Namun, hanya satu yang aku takutkan. Dia benar-benar seperti ingin bergerak cepat. Setelah kami pergi dan nonton bersama, dia selalu mengirimkan chat dan sesekali menelepon aku. 

BACA JUGA: Kasihku pada Wendy Melampaui Waktu

Tak hanya itu, dia juga memaksa untuk mengantar jemput aku dari rumah ke kampus. Tentu saja awalnya aku tidak mau, tapi dia memaksa.

Bahkan, dia sudah sampai di depan rumahku dari jam 10 pagi. Akhirnya, aku pergi ke kampus bersamanya.

Lima hari berjalan, Tio makin berusaha keras untuk terus menempel denganku. Dia bahkan menemaniku seharian di kampus. Untungnya, dia sudah mengenal teman-temanku, sehingga tidak begitu canggung.

Belum genap seminggu berkenalan, aku dan Tio sudah tampak seperti orang yang berpacaran. Bagaimana tidak, Tio selalu membuntutiku ke manapun.

Dia juga setiap mengantar jemput dalam setiap kesempatan. lama-lama kau merasa risih dengan perilakunya yang kelewat perhatian. 

Hari Sabtu pun tiba . Aku sedikit lega, karena aku tidak pergi ke kampus pada hari itu. Setidaknya aku tidak perlu bertemu dengan Tio hari ini. 

Tio seakan tidak memberi ruang bagiku untuk sendirian. Dan ternyata benar! Sabtu sore, dia sudah ada di depan rumahku.

Dengan santainya, dia masuk dan mengobrol dengan mamaku. Dia pun meminta izin untuk mengajakku pergi keluar. Padahal, aku sama sekali belum bilang kalau aku mau pergi dengannya.

Karena terpaksa, aku pun akhirnya pergi dengan Tio. Aku agak kesal dengan caranya hari ini. Tapi di sisi lain, aku juga senang karena dia berani meminta izin kepada mamaku.

Kami pun makan malam di restoran sushi favoritku. Kami tidak banyak mengobrol, dan Tio tampaknya sedang memikirkan hal yang begitu berat.

BACA JUGA: L’etranger: Sepotong Kisah Orang Asing

Betapa kagetnya aku, ketika Tio tiba-tiba meminta aku menjadi pacarnya. Padahal, kami baru seminggu berkenalan. Dan dia ingin jawabanku saat itu juga.

Aku pun mencoba berpikir dengan cepat. Tio memang hampir memenuhi tipe pria idamanku. Tapi, kami baru seminggu berkenalan. Dan aku memikirkan bagaimana cara dia mendekati dan selalu mengikutiku, aku jadi takut.

Kemudian aku menolak permintaannya.

Keputusan tersebut rasanya yang paling tepat pada saat itu. Sebab aku sendiri tidak belum perasaan apa-apa padanya. Ada rasa tertarik yang sempat terbut, tapi segera menguap oleh tingkahnya itu

Mendengar jawabanku, wajahnya berubah menjadi sangat sedih. Tetapi dia tidak marah. Dia tetap bersikap seperti biasanya dan mengantarku pulang. 

Tapi, aku tidak menyadari bahwa itu merupakan kesempatan terakhir bagiku. Sejak hari itu, perlahan Tio menjadi jarang menghubungiku. 

Satu bulan kemudian, Tio pamit kepadaku. Dia ternyata mendapat beasiswa S2 ke Jerman dan akan berangkat minggu itu juga. Dan sejak saat itu, Tio menghilang dan tidak pernah menghubungiku lagi. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Dear Diary   cerita   kisah cinta   Tio   penyeselan   rasa suka   curhat   cinta  

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co