Oh…, Pacarku Guru Privat di Rumah Janda Muda

30 Juli 2020 13:50

GenPI.co - Kata orang, seseorang yang jatuh cinta harus siap dipatahkan hatinya. 

Tidak penting seberapa kamu dalam jatuh hati pada orang tersebut, yang harus kamu persiapkan adalah diri sendiri. Seberapa siapkah untuk terluka lagi?

Banyak pelajaran yang aku dapatkan sejak gagal menikah dengan sosok pria yang sangat aku cintai. 

Entah apa yang ada di dalam kepalanya sehingga bisa pergi meninggalkan aku begitu saja, setelah hari pertunangan kami. 

BACA JUGA: Aku Belum Siap, Sheva...

Fery adalah pria yang cukup aku kenal baik, hingga akhirnya aku sadar dia bukan lah orang yang pantas untuk mendapatkan cinta yang tulus.

Apa gunanya cinta saat ini? Padahal sebelumnya aku sangat mengenal arti dari sebuah cinta itu sebuah kesederhanaan. 

Bila kamu tidak mampu membuatnya tertawa bahagia, cukup tidak membuatnya terluka. 

BACA JUGA: Maaf Rani, Aku Selingkuh dengan Saudara Kembarmu

Sayang, aku terlalu hanyut dalam tawa kesenangan, hingga akhirnya sangat mengerti akhirnya adalah sebuah akhir yang menyakitkan.

Aku berpacaran dengan Fery sejak masih duduk di bangku kuliah. Kami selalu melakukan semua hal yang disukai bersama. Seakan dunia milik berdua, ya begitulah yang aku rasakan. 

Empat tahun hubungan yang kami jalani memang tidak pernah benar mulus jalannya. Tidak jarang ada selisih paham diantara kami, tapi cepat pula masalah tersebut berlalu. Ya berlalu, bukan selesai.

Fery bukan sosok pria yang terlalu banyak bicara, semenjak kami bersama pun ia selalu mengikuti apa yang menjadi pilihanku. 

Hingga akhirnya aku menyadari bahwa ia jenuh padaku. Setiap permasalahan yang ada selalu lewat begitu saja, tanpa menemukan solusinya. Hingga suatu hari, benar-benar terjadi sebuah masalah sepele antara kami.

Saat kami sedang makan malam bersama di sebuah restoran mewah diatas ketinggian, tiba-tiba ponsel Fery bergetar menandakan ada telepon masuk. 

Aku tidak melihat jelas nama seseorang yang menelepon Fery. Namun yang ia lakukan hanya membalikan layar gadgetnya, sambil kembali makan.

Melihat hal tersebut tidak segan aku langsung bertanya padanya, siapa orang yang meneleponnya hingga mendapatkan respons diabaikan seperti itu. 

Namun, tak sepatah katapun Fery menjawab, ia hanya memintaku untuk kembali makan dan segera pulang.

Rasa penasaranku memuncak, hingga akhirnya saat dalam mobil perjalanan pulang aku menyandarkan kepada pada bahu Fery yang sedang mengemudi. 

Dengan nada yang lembut kembali aku tanyakan kembali orang tersebut. Kembali mendapatkan respons yang sama, Fery tidak menjawab pertanyaanku. Hari itu pun berlalu.

Hari ini aku berencana ingin membawakan makan siang untuk Fery yang sedang berada di rumah muridnya. 

Fery memiliki pekerjaan sampingan menjadi seorang guru privat matematika. Namun, saat aku sampai di depan rumah tersebut, rumah sangat tampak sepi seperti tak berpenghuni. 

Aku mencoba menghubungi Fery namun tak diangkat sama sekali oleh dirinya.

Melihat pintu masuk sedikit terbuka, aku memberanikan diri untuk memasuki rumah tersebut. 

Aku cukup berani sebab bukan orang asing lagi, bahkan ibu sang pemilik rumah jelas mengenalku, dan mengetahui bahwa aku adalah kekasih dari guru privat les anaknya.

Tapi, saat aku masuk dalam ruang tengah rumah tersebut, sangat jelas aku melihat Fery bersama dengan orang tua murid itu berciuman begitu mesra. 

Tanpa banyak bicara aku meninggalkan rumah tersebut dan pergi berlari pulang ke rumah. 

Sangat kecewa aku dengan tingkah laku Fery. Aku tidak menyangka bahwa ia bermain dengan janda muda beranak satu itu.

Tanpa memerlukan konfirmasi lagi, hari itu juga aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan Fery. 

Rasa sakit hati ini sangat dalam, hingga rasanya aku tidak ingin lagi mengenal sosoknya. Oh….(*)
 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co