Cintaku Hanyut Tersapu Ombak Besar, Aku Menyesal!

20 Agustus 2020 14:20

GenPI.co - Angin laut yang sejak sore sepoi-sepoi bak mengalun lembut di wajah Fira, kini sangat kencang sekali, bak menamparnya keras-keras. 

Betapa tidak, baru 2 hari suaminya pulang dari pelautannya, kini dia sudah harus berlayar lagi.

Andai tahu begini, Fira mungkin tidak akan pernah mengijinkan Hanum berlayar untuk pertama kali waktu itu. 

Ya, waktu senyuman Hanum sangat berkembang membuka pintu keras-keras hingga banyak debu yang tersapu olehnya. 

Dia berteriak keras-keras, “sayang!!! Sayang!!! Aku pulang” Hanum yang sangat bahagia berlari ke dapur dengan tergopoh-gopoh memegang sebuah selebaran kertas yang masih tampak baru. 

Dia menghampiri Fira dan memeluknya. Memutar-mutarkan tubuh kecil Fira ke atas, kesana dan kemari.

“Lihat sayang! Aku punya kabar bagus untuk kita! Aku akan segera punya pekerjaan tetap dari sini! Kita akan cepat mewujudkan impian kita nanti sayang! Hahahaha” Kata Hanum yang sangat gembira hatinya.

Mengetahui itu Fira senang sekali, hatinya langsung sumringah, senyumnya tersemburat lebar di bibir mungilnya. Ia lantas memeluk tubuh gempal suaminya tersebut.

BACA JUGA

“Semua impian kita akan segera terkabul sayang, hanya akan ada aku, kau dan bayi-bayi mungil kita nanti disebuah rumah yang besar di atas gunung.” ujar Hanum sumringah.

--------

Tak lama sejak kejadian itu. Fira sedang memasak di dapur. Perutnya mulai membuncit tanda sudah ada malaikat-malaikat yang dititipkan padanya ada di Rahim mungilnya. 

Kata tetua mungkin itu adalah sepasang. Hanum yang dahulu melaut tiada henti sekarang sudah dinaikkan jabatannya dan hanya melaut 1 bulan sekali dengan jangka waktu pelayaran 10 hari. 

Hanum yang baru bangun dari tidurnya langsung turun untuk menyapa istrinya di pagi hari. Sambil memeluknya dari belakang ia mengecup pipi Fira. 

Mengusap-usap perut Fira yang buncit. “Hai hai… maaf ya ayah bangunnya terlambat. Gara-gara ibumu tidak membangunkan ayah”. ujar Hanum.

Fira hanya tersenyum saja melihat kejadian tersebut, sambil memegangi perutnya sembari tangan kekar khas pelaut Hanum Fira berucap, “Mungkin ayah juga sih tidurnya kemalaman, ngopi terus sama Pak Bondan”.

BACA JUGA

--------
Pasar malam dari Persia mulai ramai dikunjungi padahal ini masih jam 5 sore. Senyum merekah dan uang di kantong, Hanum berjalan-jalan sambil mencarikan garmen terbaik untuk sang istri. 

Mencoba-coba daster terbaik dari Persia, membelikan peralatan-peralatan bayi yang lengkap untuk calon anaknya kelak.

Tidak terasa tengah malam sudah menjelang, Fira sudah mulai merasa letih, akhirnya mereka pulang dengan setumpuk barang-barang yang mereka gunakan untuk bayi-bayi mereka serta garmen yang indah bagai garmen putri Persia yang dibelikan oleh Hanum.

Fira merebah, dia terasa begitu lelah sekali, tapi Hanum masih mengajaknya bicara. Sambil mencium kening yang dilanjutkan perutnya, Hanum kembali mengusap rambut Fira, 
“Aku harap jika perempuan, ia mempunyai mata, hidung dan alis indahmu”. Pinta Hanum

“Aku harap jika laki-laki aku mau ia mempunyai badan yang kekarmu, rambutmu dan mulut manismu itu Hanum” Ujar Fira.

Hujan mulai mengetuk jendela kamar mereka. Angin kembali menuju selatan. Rintik hujan kini menjadi hujan, tak lama badai menerjang. 

Perasaan Fira gelisah. Namun Hanum dengan senyumnya memeluk erat Fira.

Fira kaget tersentak dan terpaksa berteriak “Aaaa!!” suara Fira terpekik dan menjingkat dari kasur itu. 

Fira melihat seluruh ruangan nanar, kosong. Dia memegangi perutnya yang mendadak menjadi kecil seperti semula. 

Ia memanggil-manggil Hanum dengan suara yang lantang. Tapi tiada hasil. Ia berlari menuju ruang makan dengan tergopoh-gopoh dan berdoa jika semua itu bukan mimpi.

Fira hanya bisa menggigit bibir melihat Hanum tidak ada dalam ruangan itu, Fira terduduk menyibak, jatuh, sedih, kecewa, tercampur aduk.

“TUHAANN jika kau tidak ingin memudahkan jalanku untuk bahagia bersamanya! Aku rela kau renggut saja dia dan aku! Serta anak-anakku yang akan kau turunkan esok pertemukan kami dalam surgamu saja!! Ambil semua! AMBILL!” Fira menangis sejadi-jadinya.

Benar saja, besoknya terjadi insiden di kapal Hanum. Tetua yang tau kabar ini langsung saja berlari tergopoh-gopoh ke rumah Fira, tapi sayang Fira sudah tergantung di ruang makan tersebut. Dan tetua melihat secarik kertas bertuliskan, “Aku pergi dulu sayang, aku selalu merindukanmu,"

Rindu yang tak berujung ini kepadamu bagaikan ombak di lautan yang selalu mengusap pipimu lembut. 

Aku tidak apa, jangan pikirkan aku, aku hanyalah sebuah dermaga di hidupmu. Kalau sudah tidak kuat pulanglah, aku selalu menunggu. Karena sebuah dermaga adalah tempat terakhirmu bersandar.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Landy Primasiwi Reporter: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co