Azab Suami Selingkuh, Belum Sempat Ngaku Sudah Tersambar Angkot

03 September 2020 19:10

GenPI.co - Bella memang teman yang gampang akrab. Aku bercerita banyak hal dengannya. Bahkan sampai yang tidak penting sekali pun. Katakanlah lelucon.

Namun justru itu yang lebih membuatnya senang. Tapi, aku tidak bergurau saat kukatakan dia manis.

BACA JUGAJawab dengan Jujur, Dion! Pilih Aku atau Sahabat Perempuanmu?

Dan aku suka dengan senyumnya kalau sedang tersipu. Atau, kalau sedang menyambutku -yang sudah berulang kali- datang di kedainya. Dia tampak sumringah.

“Kamu jangan lewatkan mampir ke sini ya kalau mau pulang” pintanya yang sering kali kudengar.

Perempuan yang sedang membuatkanku kopi itu, namanya Farah. Aku mengenalinya empat tahun yang lalu.

Dan dua tahun kemudian, aku menikahinya. Terlalu bertele-tele. Jelasnya, Farah itu istriku.

Aku pesan padanya, jangan pakai air yang terlalu mendidih untuk kopiku. Sudah siang, tidak ada waktu untuk meniup-niup kopi yang panas menyengat sampai benar-benar bisa kuteguk.

“Siapa suruh tidur larut malam? Repot sendiri kan kalau kesiangan?” gerutu Farah saat menaruh kopi itu di meja.

“Bukannya kamu sudah tidur waktu semalam aku pulang? Tahu dari mana aku tidur larut malam?” tanyaku heran.

Semalam, aku memang tiba di rumah tepat pukul dua dini hari. Bukan jam sepuluh seperti hari-hari sebelumnya.

Saat kubuka pintu kamar, Farah tampak sedang nyenyak dalam tidurnya. Tanpa perlu membangunkannya, aku hanya masuk untuk menarik satu bantal lalu keluar lagi menuju sofa.

Di sana aku tidak langsung menutup mata, karena handphone-ku terus berdering menandakan pesan-pesan yang masuk dari Bella.

Isinya, ‘Aku belum bisa tidur, Fer’

Balasku, ‘Kenapa? Lupa beli obat nyamuk?’

‘Bukan. Tapi ciumanmu terlalu berkesan’. Seperti itu katanya

Ya Tuhan, dia menyukai apa yang sudah kulakukan padanya.

Saat sore kemarin, sebelum aku meninggalkan Tangerang. Aku pergi ke tempat kerjanya seperti yang ia minta.

Kemudian, setelah beberapa lama, dia menunjukkan rasa keberatan saat melihatku hendak pergi setelah habis secangkir kopi.

“Bisa bantu aku tutup kedai ini dulu kan, Fer?” rayunya.

“Lho? Masih sore begini?” tanyaku.

“Sudah pegal, hehe. Lagipula sudah sepi," jawabnya.

Aku tidak menolak. Kedai Bella pun akhirnya tutup sebelum isya. Dan aku, gagal mengucap pamit ketika Bella malah memintaku untuk menemaninya pulang. Aku menurut saja dengannya. Kuantar dia cuma sampai depan pagar rumahnya.

“Sudah malam. Aku pulang ya, Bel?” pamitku setibanya di kediaman Bella.

Tak ada jawab yang keluar dari bibir manisnya, melainkan senyum hangat yang bisa kubaca makna di dalamnya. Sepasang mata Bella menatapku lekat-lekat, kemudian ia membenamkan tatapan itu ketika wajahku mendekat. Selanjutnya…

“Memang semalam mas pulang jam berapa? Jam 12 aku masih nonton tv, dan mas belum pulang tuh," lanjut Farah bertanya.

“Aku mulai ikut kegiatan ekstra, Farah… dan untuk ke depan mungkin akan selalu pulang lebih lambat dari biasanya," kilahku sehabis satu teguk kopi.

Aku sudah tidak ada waktu untuk membahas keterlambatan pulangku lebih lanjut. Kuharap, Farah cukup percaya dengan satu alasanku itu.

Matahari tidak sedang menanti, dia terus meninggi menuju siang hari. Apalah daya aku harus cepat permisi.

“Aku berangkat dulu. Sudah siang," kukecup kening Farah, dan lekas angkat kaki.

Setelah beberapa langkah, aku sempatkan satu kali untuk melirik Farah yang masih mematung di tempat duduknya. Saat itu, rasa khawatir tiba-tiba mengetuk.

Sepanjang jalan, kepala pun mulai dibuahi bermacam pikiran. Mungkinkah Farah mencurigaiku? Dan di satu cabang pikiran lain, apa jadinya bila suatu saat Bella tahu bahwa aku telah beristri?

Pertanyaan demi pertanyaan bergantian, di kepalaku yang masih sedikit dibuai rasa kantuk.

Aku tidak menduga, ketika tiba-tiba di depanku sudah ada seorang penyeberang jalan yang menjerit melihat laju kendaraanku sedang menghampirinya.

Spontan bercampur kaget. Kubanting setir sedapat mungkin untuk menghindari tubuh itu.

BACA JUGAPesona Janda Muda Depan Rumah Penakluk Hatiku

Dan akhirnya berhasil kulewati dia tanpa mencelakainya. Namun, motorku yang sudah memakan jalur lawan, pada akhirnya harus pasrah disambar angkot. Farah, istriku, maafkan aku.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Irwina Istiqomah Reporter: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co