Di Tengah Pandemi, Banu Selingkuh dan Meninggalkanku

17 September 2020 19:20

GenPI.co - Pandemi memang memberi banyak dampak buruk di berbagai lini kehidupan, termasuk di kehidupan cintaku.

Hubungan yang sudah dibangun selama 2 tahun, tiba-tiba kandas di tengah pandemi.

BACA JUGA3 Kiat Penting Membenahi Hubungan Setelah Ketahuan Selingkuh

Awalnya, aku merasa bahwa mungkin hal ini terjadi karena kami semakin jarang bertemu. 

Orang tuaku memang sangat protektif, dan selalu melarangku pergi selama masa pandemi.

Di tambah lagi, aku hanya menjalani kuliah online dari rumah, sehingga aku tidak punya alasan untuk keluar rumah.

Maka dari itu, aku dan Banu makin jarang bertemu. Bahkan, untuk sekadar makan di luar atau jalan-jalan sebentar, aku tidak bisa.

Awalnya, Banu tampak menerima keadaan ini. Dia memang sudah tahu bagaimana karakter orang tuaku.

Di bulan pertama sejak pandemi, kami tidak bertemu sama sekali.

Akhirnya pada suatu malam, Banu datang ke rumahku. Dia hanya mampir sebentar untuk mengantarkan martabak keju kesukaanku.

Kami sempat mengobrol sebentar di teras rumahku. Namun, Banu tampaknya tidak nyaman karena ayahku terus mengintiplewat jendela.

Tak sampai 15 kami mengobrol dan melepas rindu, Banu akhirnya memutuskan untuk pulang.

Sumpah, saat itu aku merasa sangat tidak enak dengan Banu.

Saat itu pula, aku langsung dimarahi oleh ayah. Menurut ayah, tidak aman untuk bertemu orang lain yang belum tentu bersih dan bebas dari virus.

Sejak pertemuan malam itu, kami jadi makin jarang untuk berkomunikasi.

Banu tampaknya kian sibuk dengan pekerjaannya, dan jarang sekali menghubungiku.

Selama berpacaran, kami juga cukup jarang untuk berkomunikasi lewat telepon.

Biasanya, aku hanya menghubunginya lewat chat WhatsApp. Itu pun tidak sering.

Satu bulan berjalan, komunikasi kami tidak baik. Banu bahkan tidak pernah menghubungiku lagi.

Suatu malam, aku memutuskan untuk menelepon Banu. Jam menunjukkan pukul 21.00, dan kupikir Banu sudah pulang dari kantor dan sudah sampai di rumah.

Ternyata, dugaanku salah. Banu terdengar masih di luar. Dia bilang, dia sedang makan malam dengan teman-teman kantornya.

Anehnya, suara yang terdengar di telepon tidak begitu ramai. Tidak seperti biasanya, teman-teman Banu terdengar hening seperti itu.

Akhirnya, aku menutup telepon. Padahal, saat itu aku sedang kangen dan ingin mengobrol dengannya.

Aku memutuskan untuk menunggu sekitar 1 jam lagi, dan meneleponnya kembali.

Sayangnya, aku ketiduran sampai jam 12 malam. Aku tetap menelepon Banu, walaupun hanya untuk mendengar suaranya untuk sebentar saja.

Anehnya, yang mengangkat telepon itu justru seorang perempuan.

Dari suaranya, aku tahu betul bahwa itu adalah Callista, anak magang di kantor Banu.

Aku pernah bertemu dengannya sekali. Dia hanya satu tahun lebih tua dariku, tetapi penampilannya sudah sangat dewasa.

Dan suaranya sangat khas, sehingga aku bisa mengenalinya dengan mudah.

Tapi kenapa dia yang mengangkat teleponnya? Aku menanyakan hal itu kepadanya.

“Kenapa Dian? Aku kan pacarnya Banu,” jawab Callista.

“Apa? Kamu bercanda ya?” kataku, terheran.

“Lho kenapa? Kamu sudah putus kan sama Banu?” ujar Callista.

Karena panik sekaligus takut, aku langsung memutus telepon itu.

Aku sangat bingung, mengapa keadaannya seperti ini? Apa Banu sengaja mengerjaiku?

Sekitar 5 menit kemudian, ponselku bordering, Banu meneleponku. Aku pun mengangkatnya, dan lagi-lagi, yang berbicara justru Callista, bukan Banu.

“Kenapa ditutup, Dian? Kamu mau ngomong apa lagi sama Banu?” tanya Callista.

“Mmm.. Aku.. Aku.. Cuma mau nanya Banu di mana?” jawabku.

“Dia ada, lagi mandi. Dia nginep di kosanku. Kenapa Dian?” lagi-lagi Callista justru melempar pertanyaan kepadaku.

“Nginep di kosan kamu? Kok bisa?” kataku.

“Belum jelas ya? Aku kan pacarnya Banu sekarang,” jawab Callista.

“Aku pacarnya Banu, bukan kamu!” kataku dengan nada membentak. Langsung kusudahi pembicaraan kami berdua di telepon.

Aneh, ini aneh sekali. Mengapa Callista mengatakan hal itu kepadaku.

Mengapa Callista sekarang menjadi pacar Banu? Sejak kapan aku putus dengan Banu?

Aku dan Banu bahkan tidak pernah bertengkar sebelumnya. Kami baik-baik saja, walaupun komunikasi kami memang sudah tidak sebaik dulu.

BACA JUGASering Berantem? Cek Faktor Penentu Ketidakcocokan dalam Hubungan

Malam itu, aku hanya bisa menangis tersedu-sedu, memikirkan apa saja yang sudah dilakukan Banu selama kami tidak bertemu di masa pandemi ini. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co