GenPI.co - Namaku Mira. Aku anak perantauan dari Kota Bandung. Aku saat ini bekerja di Jakarta.
Memutuskan untuk mengais rezeki di ibu kota tentunya tidak mudah, apalagi aku hanyalah lulusan SMK.
BACA JUGA: Pernikahanku Pupus Hanya Dalam Hitungan Bulan
Sudah banyak tempat aku datangi untuk melamar pekerjaan. Namun, tidak satu pun yang menerimaku.
Hari itu cuaca sangat panas. Rasa lapar memuncak. Jam menunjukan pukul 13:00 WIB.
Aku memutuskan mengisi perut terlebih dahulu di sebuah warung tegal di Jakarta Barat.
Saat aku sedang asyik menikmati makanan, sekawanan karyawan kantoran datang.
Penampilan mereka rapi. Mereka mengenakan kemeja, celana bahan, dan sepatu pantofel.
Awalnya aku menghiraukan keberadaan mereka. Namun, karena mereka berbicara dengan nada yang begitu keras, aku menyimak pembicaraan mereka.
Mereka membicaraan nominal uang yang cukup besar. Aku berpikir mereka adalah orang-orang sukses yang low profile.
Buktinya mereka yang berpakaian rapi memutuskan untuk makan di warteg.
BACA JUGA: Dara, Si Gadis Kedai Kopi Yang Melumpuhkan Hatiku
Dari obrolan mereka, aku mendengar kabar baik. Mereka ternyata membutuhkan pekerja wanita di tempatnya.
Aku yang mendengar hal tersbeut langsung berusaha mencari akal agar mereka melihatku dan berbicara padaku.
"Halo, bagaimana, Pak? O, lamaran kerja Mira ditolak? Baik, Pak. Terima kasih," ucapku sambil berpura-pura menerima telepon.
Sayang, usaha yang aku lakukan sama sekali tidak membuahkan hasil. Tidak ada satu pun dari mereka yang mendengarkan obrolan palsuku.
Harapanku pupus. Aku segera membayar makananku dan pergi dari warteg tersebut.
"Mira," teriak seseorang memanggilku.
Langkahku terhenti mendengar namaku dipanggil oleh seseorang. Aku bingung siapa yang mengetahui namaku.
Aku pun membalikkan badan untuk mengetahui orang yang memanggilk.
Dia adalah seorang pria yang mengeluhkan membutuhkan seorang karwayan bekerja di tempatnya.
"Apa kamu membutuhkan pekerjaan?" tanya dia.
"Maaf sebelumnya, saya berbicara dengan siapa?" tanyaku bingung
"O, sorry. Saya Rizal. Kalau kamu masih mencari pekerjaan, saya kebetulan sedang membutuhkan seorang karyawan untuk menjaga toko kaya," ucap Rizal sambil memberikan kartu namanya padaku.
Setelah pertemuan itu, akhirnya aku memutuskan untuk bekerja menjadi kasir di toko milik Rizal.
Dia adalah pria yang sangat baik dan pekerja keras. Cara berbicaranya pun lembut.
Rizal bahkan bersikap seperti seorang teman denganku, bukan atasan. Tak terasa sudah tiga bulan aku bekerja di toko kue miliknya.
Toko ini bukanlah sebuah tempat yang besar. Toko ini juga berada tepat di depan rumahnya.
Rizal tidak terlalu kesulitan memantau kinerjaku. Sosok Rizal yang baik dan ramah membuat hatiku luluh.
BACA JUGA: Cinta Matiku Menikah dengan Wanita Lain, Aku Masih Tetap Setia
Aku ingin memilikinya. Namun, Rizal sudah mempunyai istri dan anak. Rasanya sudah tidak mungkin aku memiliki kesempatan untuk memilikinya walau hanya sekejap.
Kupendam perasaan ini. Kusimpan rapat cinta ini. Aku hanya dipeluk sepi ketika waktu terus berlari. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News