Patut Dicoba, Ini Metode Pembelajaran Aktif Efektif Selama PJJ

25 Januari 2021 21:19

GenPI.co - Survei Zenius menemukan bahwa siswa yang menerapkan prinsip pembelajaran aktif dan metode belajar ‘spaced repetition’ atau pengulangan berjarak memiliki peluang lebih cepat menguasai pelajaran.

Secara umum, selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini siswa diuji akan keterampilan kognitif, dan penalaran kuantitatif.

BACA JUGA: 4 Hal yang Harus Dipertimbangkan Sebelum Mengadopsi Anak

Artinya, pemahaman konseptual yang mendalam akan memainkan peran yang lebih besar dalam menentukan keberhasilan siswa dari pada hafalan.

Pembelajaran aktif sendiri mengacu pada metode pembelajaran yang berfokus pada pengembangan keterampilan siswa melalui interaksi dan eksplorasi materi pembelajaran yang lebih tinggi.

Siswa yang secara efektif menerapkan metode pembelajaran aktif biasanya akan belajar dengan melakukan latihan, diskusi terbuka, mengajarkan teman-temannya, atau lebih kompleks lagi, mempelajari studi kasus.

Dengan melibatkan diri dalam interaksi yang lebih berkualitas dengan materi pembelajaran mereka, siswa dapat memperkuat pemahaman dasar dan mampu menghubungkan materi yang baru dipelajari dengan apa yang didapat sebelumnya secara lebih mendalam.

Sehingga, hal tersebut bisa mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis selama melakukan PJJ saat di rumah saja.

Penerapan prinsip pembelajaran aktif juga sejalan dengan artikel berjudul “The Neuroscience of Active Learning” oleh Claire Hoogendoorn dari New York City College of Technology.
 
Hoogendoorn berpendapat bahwa memecahkan masalah secara aktif membantu siswa untuk mengaktifkan bagian otak yang terlibat dalam fungsi eksekutif (misalnya korteks prefrontal) yang tidak bekerja optimal dalam pembelajaran pasif.

Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa siswa yang secara aktif mencari cara untuk melakukan pendekatan dari berbagai sudut untuk suatu topik akan dapat mengintegrasikan pengetahuan dengan mengaktifkan berbagai proses otak yang saling berhubungan.

Metode ‘spaced repetition’ atau pengulangan berjarak, di mana mereka cenderung belajar dalam waktu yang singkat pada setiap sesi daripada memaksakan diri untuk belajar berjam-jam.

Temuan ini juga didukung oleh studi Cornell University yang menemukan bahwa rentang perhatian siswa berkurang setelah belajar selama 15-20 menit.

Artinya, semakin lama siswa belajar di setiap sesi, fokus mereka akan mudah terpecah dan mereka mudah lelah, sehingga efisiensi belajar mereka akan berkurang.

Periode waktu belajar yang tetap akan membuat siswa untuk melakukan lebih banyak hal dalam periode yang lebih singkat dan dengan tambahan waktu istirahat setelah sesi belajar selama 20 menit.

Dengan demikian, siswa akan dapat menjaga otak mereka tetap segar dan siap untuk menghadapi lebih banyak tantangan dan meningkatkan kemampuan mengingat soal berbagai mata pelajaran.

Metode ‘spaced repetition’ juga merupakan strategi manajemen waktu yang mendorong pembelajaran yang singkat dan kuat dengan jeda yang cukup alih-alih belajar di sesi 3-4 jam yang panjang.

BACA JUGA: Generasi Milenial Ingin Beli Rumah Pertama, Apa Langkah Tepatnya?

Sementara itu, Honorary Research Associate dari Universitas Oxford, Paul Kelley, juga menemukan hal serupa dalam penelitiannya tahun 2016.

Dia menemukan bahwa metode belajar ‘spaced repetition’, di mana siswa belajar dalam periode singkat yang intens dan diselingi dengan istirahat selama 10 menit dalam satu sesi pembelajaran selama 60 menit, mampu  meningkatkan kinerja siswa.

Siswa bahkan bakal memiliki prestasi lebih baik dari pada siswa yang belajar sendiri atau siswa yang mengikuti pembelajaran tradisional di kelas dengan durasi lebih panjang.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co