GenPI.co - Aku dan dia selalu bersama setiap waktu. Walaupun hanya sebatas teman, akan tetapi aku sudah merasakan cinta di dalam dada.
Dia adalah Rio, teman sepermainanku sejak kecil. Rio juga sering datang ke rumahku jika tiada seorang pun di sini.
BACA JUGA: Pacarku Simpanan Tante-tante
Mungkin karena aku sudah merasa nyaman, jadi aku menyukainya. Seperti itu lah cinta menurutku. Sangat simpel.
Kami kini menginjak umur 25 tahun, cukup dewasa untuk menikah dan menjalani kehidupan rumah tangga.
Aku tak mengerti, mengapa dia selalu saja menganggapku sebagai teman. Padahal, aku telah menunjukkan tanda-tanda bahwa aku mencintainya.
Selain itu, aku tidak pernah memberi jarak, bahkan jika kami berdua sedang tidur di siang hari. Terkadang bahkan kuelus rambutnya yang ikal dan terlihat menggemaskan.
BACA JUGA: Gara-Gara Katering Aku Selingkuh Dengan Kurir
Suatu hari, aku mengajaknya pergi dengan mengendarai motor. Rio senang sekali saat kubonceng. Sebab, Rio memang kadang malas untuk mengendarai motor.
Aku dan Rio pun singgah di sebuah tempat yang sangat romantis dan Instagramable. Di tempat ini hanya ada kami berdua, tanpa ada siapa pun di sekeliling tempat sunyi ini.
Saat kusentuh tangannya, Rio selalu saja menghindar. Oleh karena itu kupeluk dia dari belakang.
Rio pun meronta dan terlihat agak kesal. Sedih rasanya saat melihatnya marah. Aku pun segera meminta maaf.
Sesaat setelah itu, dia pun mengajakku untuk pulang. Kali ini, dia yang mengendarai motor. Aku pun terdiam duduk di belakang.
Selama perjalanan, kami pun membisu. Tiada satu pun kata yang terucap dari mulutnya, begitu pun denganku.
Sesampainya di rumah, Rio pun mengatakannya dengan jelas bahwa dia tidak mungkin bersama denganku.
Dia juga mengaku bahwa selama ini, dia sudah menyadari bahwa aku mencintainya.
Akan tetapi sayang sekali, dia menyebutkan kata-kata yang paling tidak ingin kudengar dalam hidup ini.
"Kamu bukan lawan jenisku," ujar Rio. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News