GenPI.co— Platform menonton film bertebaran, sutradara Nia Dinata tetap memilih menonton film di bioskop.
“Saya tuh orang zaman dulu. Saya lebih senang menonton di ruang yang gelap [bioskop], matikan gadget,” kata Nia Dinata, (11/4).
Nia beralasan menonton di bioskop merupakan salah satu kegiatan me time-nya, memberi waktu bersantai untuk diri sendiri, sekaligus mengasah berpikir kritis saat menikmati suatu karya.
Begitu juga ketika berkarya, produser sekaligus sutradara film Arisan ini mengutamakan membuat film untuk layar lebar dibandingkan platform konten digital.
Baca juga: Sutradara Hollywood Jatuh Cinta dengan Bali, Ini Buktinya
Bagi Nia Dinata yang sukses mengadaptasi “Ca Bau Kan” karya Remy Silado ke layar lebar pada 2002, membuat film bukan semata untuk menghasilkan uang, tapi dia mencari kepuasan.
“Aku kerja bukan cari untung, tapi cari kebahagiaan, kepuasan,” kata dia.
Namun, bukan berarti Nia anti berkarya di platform digital. Dia melihat platform digital, termasuk juga televisi, merupakan komplementer tempat dia menyebarkan karyanya.
Nia pernah bekerja sama dengan satu perusahaan untuk memproduksi dua judul film, yang khusus ditayangkan di platform tertentu.
Menurut dia, salah satu keuntungan membuat film dengan platform digital, adalah dapat segera mengetahui statistik respons masyarakat terhadap film tersebut.
Bagi sineas seperti Nia, data-data seperti itu berharga karena dia bisa dapat memahami penonton. Dia bisa tahu film apa yang disukai masyarakat. Tentunya tanpa harus membuat sang sutradara merasa disetir pasar, untuk membuat suatu karya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News