Corona Makin Menggila, Warga Desa di Gunung Everest Ketakutan

18 Juni 2021 11:28

GenPI.co - Kasus Covid-19 masih belum juga mereda, bahkan dilaporkan malah makin menggila di area sekitar Gunung Everest.

Hal ini ini tentu sangat dikhawatirkan jika dibiarkan.

Apalagi mengingat jarak tempuh antara rumah sakit setempat dan menuju desa-desa kecil dekat Gunung Everest terbilang jauh.

BACA JUGA:  Corona Bikin Kacau! India Limbung Nepal Ikut Rontok

Hal ini juga yang dialami seorang warga setempat bernama Saraswati Tamang Karki yang jatuh sakit karena Covid-19 di sebuah desa kecil dekat Gunung Everest.

Keluarganya juga terpaksa harus memanggil tentara Nepal dan pemandu trekking untuk membantu membawanya ke dokter terdekat.

BACA JUGA:  Gelombang Corona, Nepal Ampun-ampunan, Rakyatnya Meninggal Dunia

Tepatnya pada tanggal 11 Juni, sekelompok 13 pria bergiliran membawa pria berusia 44 tahun itu dengan tandu, bergegas melewati jalan tanah sempit dan berliku yang mengarah dari desa Monju ke Rumah Sakit Pasang Lhamu Nicole Niquille di kota terdekat.

Mereka melakukan perjalanan sejauh 15 kilometer (sembilan mil) dalam waktu kurang dari empat jam, tetapi mereka terlambat.

BACA JUGA:  Banjir Bandang di Nepal Sungguh Ganas, Mayat-mayat Bergelimpangan

Karki akhirnya dinyatakan meninggal tepat sebelum kelompok itu mencapai Lukla.

“Kami mencoba yang terbaik. Tapi kami tidak bisa menyelamatkannya. Dia terlalu lemah dan sudah mendapat dukungan oksigen," ujar Silen Bhotiya, pemandu trekking yang membantu membawa Karki, seperti dilansir dari Aljazeera, Jumat (18/6/2021).

Sementara, menurut pejabat kesehatan, kematian Karki adalah kematian Covid-19 keempat yang dikonfirmasi di wilayah Everest sejak akhir April lalu.

Namun, penduduk daerah terpencil khawatir bahwa lebih banyak orang dapat meninggal, karena Covid-19 sekarang melanda desa-desa di sepanjang jalan setapak menuju Gunung Everest.

Parahnya lagi disana hanya ada dua rumah sakit dasar dan lima dokter yang melayani 9.000 orang di kawasan itu.

Dilaporkan juga sekitar 400 tes telah dilakukan sejak akhir April, di mana hampir setengahnya kembali positif.

Yang paling parah terkena dampak lonjakan terakhir adalah Lukla, kota bandara yang bertindak sebagai pintu gerbang ke Gunung Everest.

Selain itu, ada juga di Namche Bazaar, sebuah kota pasar penuh warna yang terletak di 3.440 meter di mana sebagian besar trekker berhenti untuk menyesuaikan diri sebelum mereka naik lebih tinggi ke pegunungan.

Pemba Dorjee Sherpa, seorang pemandu gunung yang telah mendaki Gunung Everest sembilan kali, mengatakan dia dinyatakan positif pada akhir Mei tak lama setelah kembali dari perkemahan utama di dasar puncak.

“Saya mengalami gejala seperti dingin dan nyeri tubuh ringan. Karena gejala ini biasa terjadi di pegunungan, saya tidak terlalu mempermasalahkannya,” katanya.

Pria berusia 47 tahun itu akhirnya menularkan virus kepada istri dan dua anaknya, yang semuanya sekarang berada di rumah isolasi di rumah mereka di Pangboche.

Beberapa anggota tim Pemba juga dinyatakan positif, dan dia mengatakan 15 dari 100 rumah di Pangboche sekarang telah mengkonfirmasi kasus.

“Sejauh ini belum ada kematian tetapi ada banyak orang yang memiliki gejala virus corona,” jelas dia.

Adapun, Nepal kini telah mencatat lebih dari 614.000 kasus dan 8.558 kematian, yang sebagian besar tercatat dalam dua bulan terakhir.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Luthfi Khairul Fikri

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co